Lihat ke Halaman Asli

Yudi Irawan

Bukan Seorang Penulis

Catatan 42 Hari Seorang Haji Mandiri (Madinah Al Munawaroh Hari 4)

Diperbarui: 10 September 2019   22:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

di kebun kurma, dokpri

Seperti biasanya, hari ke 4 di Madinah ini kami awali dengan sholat Tahajjud yang dilanjutkan dengan sholat Subuh. Dan hari ini jadwal kami selanjutnya adalah City Tour.

Acara city tour ini merupakan salah satu fasilitas yang disediakan oleh Pemerintah, khususnya Departemen Agama Kota Depok. Tuh, apa saya bilang, hebat kan pelayanan pemerintah? :-) Kita bisa keliling tempat-tempat bersejarah di Kota Madinah tanpa harus bayar lagi. Hanya perlu patungan SAR 2 perjamaah untuk membayar supir. Memang busnya tidak terlalu bagus, tapi cukup memadai untuk membawa kami keliling tempat bersejarah di Madinah. Fasilitas seperti ini berlaku untuk semua jamaah, baik yang KBIH maupun yang mandiri, Bedanya, kalau KBIH biasanya ada tour tambahan yang dikelola oleh mereka sendiri. Bisa lebih dari satu kali perjalanan dan bisa lebih banyak tempat tujuan. Dan ada lagi, kita tetap diberikan pemandu wisata yang merupakan orang Indonesia asli yang sudah bermukim lama di Arab Saudi. Alhamdulillah...

Catatan dan tips: Hanung, sang ketua rombongan, berinisiatif untuk memperbolehkan anak, keluarga, family jamaah haji untuk ikut bergabung dalam group whatsapp agar bisa terus mengikuti perkembangan keluarga mereka selama di tanah suci. Dan ini tenyata efektif, khususnya bagi keluarga jamaah haji di tanah air.

City tour dimulai dengan berkumpul di lobi hotel pada jam 05.30 WAS. Dan tiga puluh menit kemudian, bus segera meluncur membelah jalanan kota Madinah untuk langsung menuju Mesjid Quba. Tiba di mesjid ini, kami langsung melakukan sholat dua rakaat. Dan karena keterbatasan waktu (sebelumnya sudah disepakati dengan supir bus bahwa city tour ini hanya akan berlangsung sampai jam 10 pagi), maka kami tidak bisa berlama-lama di Mesjid Quba. Segera setelah sholat, kami langsung beranjak menuju Bus. Pemandangan di Mesjid Quba ini cukup menarik lho. Banyak burung merpati yang mencari makan di pelataran Mesjid ataupun yang bertengger di atap dan kubah Mesjid. Ada juga penjual kurma dan kopi. Dan yang membuat saya dan istri surprised, ada yang menjual kopi Indonesia lho: Torabika Cappucino :-) .

Catatan dan tips: Tetap bawa kantong sandal yang karena di Mesjid Quba tetap saja banyak jamaah. Dan kalau kita lupa meletakkan sandal, alamat bakal kesulitan menemukannya lagi.

Tujuan selanjutnya adalah kebun kurma. Tempat ini adalah perpaduan dari kebun kurma dan penjual kurma hasil dari kebun itu sendiri. Begitu kita tiba, maka kita akan melewati tempat penjualan kurma terlebih dahulu. Beragam kurma dan juga coklat dijual disana. Bahkan penjualnya adalah orang Indonesia. Jadi kita tidak sulit untuk melakukan tawar menawar harga sebelum bertransaksi. Bahkan kita oleh mencicipi kurma-kurma tersebut. Halal.

Adapun kebun kurma yang kami datangi tidak terlalu luas. Bukan arealnya, melainkan akses kebun yang bisa kami lihat. Mungkin hanya sekitar 200 meter persegi saja kami bisa berada didalamnya dan melihat langsung kebun kurma itu seperti apa? Selebihnya kebun dipagari kawat sehingga kami tidak bisa melihat lebih jauh dan lebih dalam lagi. Tapi yang enaknya disana, terdapat beberapa bangku yang bisa membawa kita untuk bersantai sejenak dibawah lirikan kurma-kurma yang sedang tumbuh di pohonnya, halah... apa sih?

Catatan dan tips: Kalau menurut saya, harga di kebun kurma ini masih tergolong mahal dibandingkan dengan yang ada di Pasar Kurma. Tapi agar lebih puas karena belanja kurma yang dipetik langsung dari pohonnya, silahkan anda berbelanja disini.

Sama seperti di Mesjid Quba, di kebun kurma inipun kami tidak diam berlama-lama. Setelah puas berfoto-ria dan juga berbelanja kurma, kami langsung berangkat lagi menuju tempat berikutnya: Jabal Uhud. Tadinya kami juga akan mampir ke Mesjid Qiblatain (Mesjid dua kiblat) yang bersejarah. Tapi sayang sekali, dengan satu alasan akhirnya tempat bersejarah ini kami lewati saja.

Di Jabal Uhud, udara panas sudah sangat menyengat. Jadi jangan lupa untuk tetap bawa topi, payung dan alat pelindung diri lainnya. Di sini kita bisa melihat makam para sahabat yang gugur syahid ketika perang Uhud berlangsung. Tapi kita hanya bisa melihat dari luar ya, tidak bisa masuk ke areal makam karena dibatasi kawat dan kaca.

Di sekitarnya kita bisa melihat beberapa bukit, baik yang besar (bukit uhud) ataupun bukit-bukit kecil. Tapi yang bisa kita naiki atau daki hanya bukit yang kecil. Sedangkan dua bukit besar tidak diperkenankan sama sekali.

Puas berada disana untuk berfoto-foto, kami putuskan untuk kembali ke kendaraan. Cuaca semakin panas. Dan keberadaan penjual es krim yang ada disana jelas sangat menggoda. Dengan harga sekitar SAR 3 (ukuran kecil) dan SAR 5 (ukuran besar) cukup meluluhkan hati saya dan istri. Akhirnya satu kecil es krim berhasil kami tebus. Sekedar menghilangkan dahaga sekaligus mencicipi seperti apa rasa es krim di Arab Saudi. Tapi, justru inilah yang kemudian membuat kami terkena batuk begitu kami tiba di hotel nati. Jadi, kalau nanti tetap ingin beli es krim di sekitar Jabal Uhud, jangan lupa minum air putih yang banyak untuk menetralisir gula pemicu batuk.

Dokpri

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline