Lihat ke Halaman Asli

Yudhi Hertanto

TERVERIFIKASI

Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Menyoal Dampak Publikasi Akademik

Diperbarui: 13 Oktober 2021   20:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hangat! Sebuah publikasi akademik tidak hanya menyangkut reputasi tetapi juga menyoal tentang relevansi signifikan di ruang sosial yang tidak hampa.

Sontak tulisan reflektif mengenai publikasi akademik itu menjadi bahan diskusi yang panjang, sejak ditulis Eunike Sri Tyas Suci dengan judul Reorientasi Publikasi Akademisi Indonesia, 2021 pada harian Kompas.

Secara garis besar, Eunike berbicara tentang beban kerja dosen dan keharusan mengejar persyaratan publikasi ilmiah, hal ini secara riil masih berporos pada aspek kuantitas, terpisah dari kualitas serta dampak yang dihasilkan.

Rujukan yang dinukil Eunike adalah terbitan artikel di The Straits Times, 2015 dengan judul Prof, no one is Reading You ditulis oleh Asit K Biswas dan Julian Kirchherr.

Dalam ulasan tersebut, terlihat bagaimana karya ilmiah para akademisi tidak hanya senyap dari keterbacaan oleh publik, tetapi juga sekaligus memiliki keterbatasan dari pengaruhnya pada kontribusi di ranah pengambilan kebijakan.

Situasi ini sebut Eunike, harus di reorientasi. Sebagaimana kalangan akademik berdiskusi maka tanggapan atas tulisan itu hadir sambung menyambung dalam merespon hal tersebut.

Pemantik

Jelas tulisan Eunike memantik perdebatan, beberapa tulisan di harian yang sama, mengambil perspektif berbeda. Pada tulisan Djohansjah Marzoeki, 2021, Penelitian, Kemanfaatan Ilmu dan Budaya Ilmiah, disebutkan bahwa ada jarak terpisah dan berbeda antara ilmu dan memanfaatkan ilmu.

Dengan begitu, meski tidak terlihat impak yang dihasilkan secara langsung, sebuah publikasi ilmiah tetap menjadi bagian integral dari sebuah budaya ilmiah.

Dinamika diskusi di kalangan akademik memang khas, karena semua hal dapat ditanggapi secara berbeda dengan menggunakan basis argumentasi yang mendukung. Tidak ada hitam-putih, karena dialektika terus dihidupkan.

Sumbangan pemikiran lain datang dari Satryo Soemantri Brodjonegoro, 2021, mengenai Manfaat Publikasi Ilmiah, dalam uraian tersebut, disampaikan bahwa kualitas publikasi yang dihasilkan memang belum sampai pada level yang cukup kuat untuk mempengaruhi formulasi kebijakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline