Lihat ke Halaman Asli

Yudhi Hertanto

TERVERIFIKASI

Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Membangun Semangat Pemuda Kekinian

Diperbarui: 3 November 2016   09:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kiprah pemuda dalam mewarnai gerak bangsa ini, terekam dalam berbagai moment yang dilewatinya, termasuk Sumpah Pemuda dikala permulaan pembangunan pondasi kenegaraan berlangsung, terutama diera PraKemerdekaan pada tahun 1928.

Tentu tidak mudah membangun kesepahaman dari Sabang sampai Merauke, terlebih bangsa ini terdiri atas keberagaman suku asli yang majemuk, dan mendiami wilayah hamparan nusantara pada saat itu. Tetapi komitmen kebangsaan, menjadikan persatuan kesepahaman tersebut dapat ditumpahkan menjadi sebuah kesatuan persaudaraan nan utuh bernama Indonesia.

Kita tentu tidak hendak mengulas aspek historis dari untaian peristiwa yang telah lalu, tetapi kemudian yang menjadi penting adalah bagaimana peran pemuda kekinian dapat dipertahankan, sebagai motor penggerak perubahan?.

Ruh Pemuda Masa Kini

Jawaban atas pertanyaan diatas, tentu tidak mudah untuk merujuk pada sebuah solusi, dengan formulasi tertentu. Terlebih, karena sifat modernitas yang terjadi saat ini, telah membentuk sekat berbayang yang memisahkan kekuatan elemen pemuda.

Meski diwadahi dalam instrumen negara dengan label Kementerian Pemuda, namun ranah wilayahnya seolah terbatas. Sesungguhnya menempatkan pemuda sebagai bagian terpisah dan dikhususkan dalam kerangka pembangunan pasca kemerdekaan, bukanlah sebuah hal yang bersifat urgensi.

Spirit utamanya justru adalah menempatkan ruh kepemudaan, disetiap sektor yang dikelola dalam pemerintahan. Tangguh, berstamina, bersemangat dan berani untuk mencoba berbagai hal baru adalah identifikasi dasar dari nilai kepemudaan. Berbagai karakteristik muda tersebutlah yang dibutuhkan.

Pengelolaan pemerintah tidak bisa lagi dengan menggunakan pendekatan konvensional, karena masa ini adalah abad digital. Interaksi fisik bukan lagi sebuah kendala seperti saat mencetuskan Sumpah Pemuda dengan titik kumpul di Batavia.

Kini, mekanisme koordinasi dapat difasilitasi melalui berbagai pertemuan didunia maya melalui koneksi internet, sehingga semua simpul dititik daerah dapat dijangkau, lebih cepat secara realtime. Dititik tersebut, pangkal tolak dari upaya pembangunan pemuda yang akan menjadi inisiator perubahan itu terjadi.

Memadukan semangat kepemudaan adalah sebuah tantangan baru diera digital, karena alienasi dari sifat teknologi membuat interaksi fisik semakin tertinggal. Pemuda kekinian, lebih menyukai aspek praktis dibandingkan “berjuang” sekuat tenaga.

Bagaimana hal tersebut dapat dipecahkan? Maka upaya mendorong pemberdayaan pemuda melalui sentuhan sosial dan teknologi dalam memecahkan masalah lingkungan disekitarnya menjadi diperlukan. Upaya untuk mendorong terbentuknya inisiatif start up digital dan membangun komunitas berbasis sociopreneur diera sosial media dan abad selfi ini, kiranya dapat menjadi sebuah solusi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline