Lihat ke Halaman Asli

Yuda Y. Putra

Kita semua punya kengan yang indah di masa lalu, buktinya masih bisa kangen pada itu.

Jika Sudah Cinta Bersiaplah Kehilangan

Diperbarui: 1 Desember 2016   22:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dua orang nampak duduk se-meja berhadapan di warung sambil makan lodeh lauk ikan asin dan sambel bajak, seorang diantaranya adalah pria berpawakan agak gendut,  lumayan pendek, dan rambutnya agak botak, ummurnya juga agak tua, sekitar tiga puluhan menjelang empat puluh. Seorang lagi kakek-kakek, wajah kriput kulit agak pucat, tubuh jangkung kurus, rambut putih uban agak kemerahan, berjanggut dan berkumis yang seperti sengaja ditumbuhkan dan dirawat agar tetap panjangnya.

Si kakek mengawali obrolan; “hey, terimakasih sudah mentraktirku makan, mentraktir pejalan kaki sepertiku, apalagi tak dikenalnya, kau baik hati sekali.”

“ah, anda bisa saja memuji, hanya ini yang bisa saya lakukan sebagai tanda terimakasih telah menyelamatkan saya saat tadi mau tertubruk motor,” balas pria itu sambil terseyum, kemudian melanjutkan makan.

Makanan pun habis, keadaan semakin canggung untuk mengawali obrolan disiang yang terik ini. Si kakek yang merasa lebih tua, mengawali untuk mencairkan suasana, “ siapa namamu kalau boleh tahu?”

“nama saya Andi, kalau anda?” jawabnya dengan santun.

“oh, panggil saja aku Pak Tua,” kemudian tertawa, seperti menanggapi sebuah guyonan.

Pria itu tersenyum menanggapi tawanya, “Pak tua”, terdiam sebentar melirik sekeliling, mencari bahan obrolan, kemudian melanjutkan  “maaf kalalu boleh bertanya, tujuan Bapak mau kemana?”

Pak tua memandang mata Andi dalam, kemudian berkata “apakah kau benar-benar ingin tahu?” nadanya berubah serius.

Wajah Andi berubah, ia semakin penasaran, ditatapnya mata Pak tua dalam, sangking geroginya ia menelan ludah.

“aku sedang berburu monster, tua-tua begini aku memiliki kekuatan supranatural,” kata si kakek dengan nada serius, kemudian tertawa, seperti telah melontarkan lelucon paling lucu sedunia.

Andi tertawa memaksakan diri, dalam benaknya ia tak ingin menyinggung perasaan Pak tua yang sedang mencoba melontarkan candaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline