Lihat ke Halaman Asli

Desa Harus Punya Ketahanan Pangan dan Energi

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1329305366178542422

[caption id="attachment_171288" align="alignleft" width="358" caption="Lokakarya Desa Membangun di Mandalamekar"][/caption] Pangan dan energi bisa menjadi persoalan besar bagi masyarakat desa bila tidak diantisipasi sejak dini. Banyak area produktif pangan, seperti sawah dan kebun, telah beralih menjadi area permukiman. Bila sebelumnya Indonesia dikenal sebagai negara pengekspor minyak, juga menjadi pengimpor bahan bakar minyak. Demikian pendapat Joko Waluyo, Staf Ahli Kemitraan, pada pembukaan Lokakarya Desa Membangun, 11-12 Februari 2012 di GOR Desa Mandalamekar, Jatiwaras, Tasikmalaya. Selain Joko Waluyo hadir sebagai narasumber A Budi Satrio (Kepala Desa Melung), Antok Suryaden (Blogger Nusantara), dan Sungging Septivianto (Dewan Kehutanan Nasional). Joko Waluyo berpendapat pemerintah desa bersama warga harus mulai memetakan sumber-sumber pangan dan energi supaya mampu mengatasi dua krisis di atas. Pada krisis 1998, warga desa mampu bertahan karena mereka memiliki ketahanan pangan yang bagus. "Meski tak punya uang, untuk kebutuhan makan dan minum tidak terganggu. Itu membuktikan desa paling siap hadapi krisis," ujarnya. Pemetaan sumber daya desa makin mudah dengan dukungan teknologi informasi dan telekomunikasi (TIK). Joko Waluyo kagum dengan langkah yang diambil oleh Desa Mandalamekar dalam menerapkan sistem informasi perdesaan melalui perkawinan media, seperti radio komunitas, selebaran, website desa, dan pertemuan-pertemuan rutin. "Desa ini memiliki semua prasyarat sebagai desa teladan. Mereka punya perencanaan pembangunan desa yang jelas, tata layanan pemerintah yang bagus. Pemerintah Tasikmalaya harusnya bangga punya desa ini," tambah Joko. [caption id="attachment_171295" align="alignleft" width="300" caption="Para Kepala Desa penggagas Desa Membangun menanam pohon di hutan Karangsoak, Mandalamekar"]

1329305822723293129

[/caption] Selama lokakarya peserta belajar mengelola informasi, tata kelola sumber daya desa, dan pengembangan ekonomi. Desa Mandalamekar menjadi penggagas Gerakan Desa Membangun (GDM) di Indonesia. Pada awal 2012, gerakan ini diikuti oleh desa-desa di Banyumas, Sukabumi, Cilacap, Kalimatan Tengah, dan Kalimantan Barat. Pendapat serupa disampaikan oleh A. Budi Satrio, Kepala Desa Melung, Kedungbanteng, Banyumas. Menurutnya, kondisi dan persoalan yang dihadapi oleh Desa Melung mirip dengan Mandalamekar, terutama dalam urusan penyelamatan sumber mata air. "Saya belajar banyak dari upaya yang dilakukan oleh Desa Mandalamekar. Mereka mampu mengelola hutan desa untuk kepentingan konservasi sumber mata air dan pendapatan desa," ujar Budi Satrio. Yana Noviadi, Kepala Desa Mandalamekar acapkali diundang menjadi narasumber untuk mendorong penerapan tata kelola pemerintahan yang baik di pelbagai daerah. Desa Mandalamekar memiliki sejumlah laboratorium alam, seperti hutan mata air Cinunjang, Pusat agroforestri Pasir Bentang, Hutan Konservasi Karangsoak, dan budidaya perikanan ikan tawar.



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline