Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Memahami Satu Sisi Traumatis Tragedi Kanjuruhan

Diperbarui: 3 Oktober 2022   21:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Headline Marca (media Spanyol) Tentang Tragedi Kanjuruhan (Marca.com)

Tragedi Kanjuruhan akhir pekan lalu menjadi satu cerita memilukan, bukan hanya di tingkat nasional, tapi juga di tingkat dunia. Maklum, tragedi ini menjadi salah satu insiden tragis di stadion dengan korban jiwa paling banyak di dunia.

Karenanya, wajar jika pemberitaan dan sorotan media atas kejadian ini bisa mendunia. Kali ini, nama Indonesia bergema di tingkat dunia, sayangnya karena satu tragedi.

Berbagai respon dan ungkapan belasungkawa datang dari berbagai arah, mulai dari FIFA, sampai klub-klub Eropa, semua ikut ambil bagian. La Liga Spanyol dan Eredivisie Belanda bahkan kompak mengadakan hening cipta jelang kick off pertandingan hari Minggu (2/10).

Tak sampai disitu, Presiden Joko Widodo sampai menginstruksikan Liga 1 diliburkan, sampai investigasi dan pembenahan yang diperlukan benar-benar tuntas. Langkah ini belakangan disusul dengan pembentukan tim khusus yang dipimpin Menkopolhukan Mahfud MD, Senin (3/10)

Terlepas dari silang sengkarut dan beragam sudut pandang yang turut mewarnai, ada kabar mengejutkan lain yang datang, yakni keputusan Valentino Simanjuntak mengundurkan diri sebagai komentator Liga 1.

Melalui akun Instagramnya Minggu (2/10) lalu, komentator yang juga berprofesi sebagai advokat ini mengumumkan keputusannya. Mungkin, ini terasa mengejutkan, tapi cukup bisa dimengerti, karena dialah yang menjadi salah satu komentator di pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya.

Dari segi permainan, untuk ukuran Liga Indonesia, laga bertajuk Derby Jawa Timur itu memang berlangsung menarik dan lancar sampai wasit meniup peluit panjang.

Masalahnya, setelah pertandingan usai, oknum suporter Arema FC yang tak menerima kekalahan Singo Edan tiba-tiba masuk ke lapangan. Dimulai dari satu-dua orang, jumlahnya lalu membeludak, sehingga menciptakan situasi "chaos" hingga memakan korban jiwa lebih dari 100 orang.

Keputusan mundur Bung Jebreet memang cukup mengejutkan, tapi bisa dimaklumi, karena tragedi yang hadir benar-benar memilukan, dan terjadi tak lama setelah pertandingan yang dikomentarinya di televisi selesai.

Dengan korban jiwa yang menembus angka ratusan, wajar jika keputusan mundur diambil. Tragedi seperti ini adalah satu pukulan traumatis, bagi mereka yang empatinya masih hidup.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline