Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Menepikan Sejenak Narasi "Quadruple Winner" Liverpool

Diperbarui: 5 Mei 2022   12:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Liverpool berpeluang meraih "Quadruple Winner" bersama Juergen Klopp (BBC.co.uk)

Dalam beberapa pekan terakhir, narasi soal "Quadruple Winner" di Liverpool menjadi satu hal yang cukup banyak dibahas media. Maklum, setelah sukses meraih gelar Carabao Cup, Si Merah juga melaju ke final Piala FA dan Liga Champions, plus masih bersaing ketat dengan Manchester City di pacuan gelar Liga Inggris.

Tentu saja ini adalah sesuatu yang luar biasa, karena mereka mencapai titik ini, tepat setelah menjalani musim yang penuh badai cedera. Mungkin, beginilah jadinya perjalanan anak asuh Juergen Klopp musim lalu, jika semuanya baik-baik saja, bebas masalah cedera.

Sebagai seorang Kopites, saya sebenarnya merasa, ini seperti mimpi. Maklum, perjalanan tim sebelum ini seperti jet coaster; dari juara Piala Liga ke malam ajaib di Istanbul, dari posisi empat besar ke posisi delapan, sebelum jadi lawan serius Manchester City-nya Pep Guardiola, dari patah hati di Basel dan Kiev menjadi sukacita di Madrid dan harapan di Paris.

Selama masa naik-turun itu, saya ingat betul, rasanya campur aduk seperti gado-gado. Kadang, bisa tertawa cekikikan karena saling bercanda dengan teman-teman fans klub lain, kadang merasa "nyesek" walaupun masih bisa tersenyum saat performa tim sedang loyo.

Jadi, ketika melihat aksi Mohamed Salah dkk musim ini, rasanya sangat menakjubkan. Mungkin, fans paling optimis sekalipun juga dibuat takjub, karena mereka bisa melangkah sejauh ini, dengan hanya mendatangkan Ibrahima Konate dan Luis Diaz.

Tapi, kalau boleh menyebut, ada satu hal yang sebenarnya agak mengganggu, yakni narasi soal "Quadruple Winner" di media. Narasi ini semakin kencang, setelah The Reds melaju ke final Piala FA dan Liga Champions.

Meski terdengar optimis, narasi "Quadruple Winner" ini sebenarnya hanya karangan media, karena tim dan fans sama-sama cenderung memilih untuk bersikap hati-hati. Bisa gawat kalau sampai ada rasa optimis berlebihan.

Apalagi, ini adalah satu titik, yang sebelumnya mungkin hanya ada di mimpi terliar Kopites. Kalau bukan mimpi, ini bisa diwujudkan dengan mudah di game simulasi Football Manager atau sebangsanya.

Di game seperti itu, meraih semua trofi tiap musim sekalipun bukan perkara sulit, karena bermain curang tidak dilarang. Kalau kalah, bisa diulang atau direstart. Tidak seperti di dunia nyata yang sifatnya "ein maligh" alias hanya bisa terjadi sekali saja.

Makanya, ketika dengung narasi soal "Quadruple Winner" itu makin kencang, rasanya ini semakin layak untuk ditepikan. Alih-alih diladeni, akan lebih baik kalau membiarkan The Reds fokus pada pertandingan yang harus dihadapi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline