Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Oscar Tabarez, Kisah Sebuah Era

Diperbarui: 21 November 2021   05:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oscar Tabarez, pelatih berusia 74 tahun ini resmi dipecat setelah 15 tahun melatih tim nasional Uruguay. Sumber: César Muñoz/Andes via Flickr.com

Di sepak bola modern, tak banyak pelatih yang bisa awet melatih satu klub sampai lebih dari 10 tahun. Kecuali, selama bertugas ia mampu memberikan prestasi luar biasa, seperti pada kasus Arsene Wenger (1996-2018) di Arsenal, atau Sir Alex Ferguson (1986-2013) di Manchester United.

Fenomena serupa juga terjadi di tingkat antarnegara. Di Eropa, ada Joachim Loew (2006-2021) yang meraih trofi Piala Dunia 2014 bersama Timnas Jerman, atau Morten Olsen (2000-2015) di Timnas Denmark.

Selebihnya, semua datang dan pergi, termasuk Vicente Del Bosque (2008-2016) yang meraih trofi Piala Dunia 2010 dan Euro 2012 bersama Timnas Spanyol.

Pemandangan ini lebih langka lagi di Amerika Selatan, benua yang dikenal "gila bola". Maklum, tingginya ekspektasi di sana membuat bongkar-pasang di pos pelatih Timnas negara-negara Amerika Selatan sering terjadi.

Tapi, apa yang terjadi di Timnas Uruguay menjadi satu anomali. Negara juara dunia dua kali ini cukup awet dilatih oleh Oscar Tabarez.

Pelatih kelahiran tahun 1947 ini mulai bertugas (lagi) menjadi "entrenador" Los Charruas sejak tahun 2006. Momen ini terjadi tak lama setelah Alvaro Recoba dkk gagal lolos ke Piala Dunia 2006, usai kalah adu penalti atas Australia di babak play-off.

Sebelumnya, pelatih berjuluk El Maestro (Sang Guru) ini sempat melatih Timnas Uruguay pada periode 1988-1990. Di bawah arahannya, Si Biru Langit yang dimotori Enzo Fransescoli lolos ke babak perdelapan final Piala Dunia 1990.

Periode pertamanya hanya berlangsung sebentar, dan ia hanya mengarahkan tim yang sudah "jadi" dan sebelumnya sudah berpengalaman tampil di  Piala Dunia 1986 di Meksiko, plus juara Copa America 1987 di Argentina.

Situasinya berbeda di periode kedua, karena eks pelatih Boca Juniors ini ditugasi membangun ulang dan menetapkan filosofi tim.

Kebetulan, saat itu filosofi sepak bola khas Uruguay, yakni "garra charrua" sudah dianggap usang, karena terlanjur lekat dengan permainan defensif yang keras menjurus kasar. Kreativitas hanya milik pemain nomor 10 seperti Fransescoli atau Recoba. Selebihnya, tak ada yang istimewa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline