Lihat ke Halaman Asli

Yolis Djami

Foto pribadi

Dunia Menyambutku

Diperbarui: 11 Juli 2020   08:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Suasana Natal masih terasa. Sementara pergantian tahun sedang berprosesi. Tahun yang lama telah ditinggalkan. Ambang tahun yang baru mulai mekar menguak. Setiap orang sedang berarak menapak memasuki tahun enam lima. Mereka terus bergerak membelakangi meninggalkan tahun enam empat.

Orang-orang di kampungku sedang sibuk. Hilir mudik. Kunjung-mengunjungi sanak famili dan handai taulan untuk saling mengucap: "Selamat tahun baru." Itu sudah merupakan suatu tradisi turun-temurun di sana. Di Noekele.

Noekele sebenarnya adalah nama sungai. Sungai yang memisahkan dusun Kuanusapi dan Noekele. Sungai ini membentang mengular puluhan kilometer. Ia membawa mengalirkan air dari beberapa kampung dan berakhir dengan menuangkannya di sungai Roha.

Kampungku ini berada di sisi sungai atau kali tersebut. Maka untuk memudahkan penamaannya para pendahulu memberi nama begitu. Mungkin juga agar mudah mengingatnya. Mereka -- orang-orang di kampungku ini -- menyebut nama kampungku sama seperti nama sungai itu.

Noekele terdiri dari dua suku kata: Noe dan Kele. Noe artinya sungai/kali dan Kele artinya keruh/kotor. Jadi bila gabungan kedua potongan penggalan kata tersebut diartikan menjadi Sungai Keruh atau kali kotor. Itu menurut hikayatnya atau cerita para leluhur di sana.

Penamaannya seperti itu dikarenakan kali tersebut selalu keruh akibat banjir kiriman atau banjir bandang dari hulunya. Hulu sungai ini berada di desa Tainama yang bertetangga dengan kecamatan Amarasi Timur.

Secara geografis Noekele berjarak kurang lebih 45 kilometer dari kota Kupang, ibukota Propinsi Nusa Tenggara Timur. Atau delapan kilometer dari Oesao. Suatu tempat transit kendaraan-kendaraan luar kota ke arah Timur Kupang.

Noekele merupakan sebuah dusun di dalam desa Tuatuka. Ia berada di antara sawah-sawah. Ia dikelilingi sawah karena airnya berlimpah sepanjang tahun. Selain itu juga karena mayoritas penduduknya adalah petani.

Di sebelah Timur ia dibatasi dengan kali Noekele. Di Barat berbatasan dengan Tuatuka. Di Utara dibatasi oleh sungai/kali Roha. Sedangkan di sebelah Selatan berbatasan dengan desa Taitnama.

Sebagaimana biasa dan yang telah mentradisi bahwa setiap awal tahun baru bukan hanya orang-orang Noekele yang bergembira. Masyarakat dunia pun bertempik sorak meniupkan sangkakala merayakan pergantian tahun yang baru.

Mereka bersukacita karena akan menggapai berbagai harapan baru. Masyarakat dunia akan melepaskan hal-hal lama. Berbagai hal yang mendukakan yang bergelayut membebani hidup masa lampau. Semua yang tak menyenangkan ditinggalkan bersama tahun yang lama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline