Lihat ke Halaman Asli

I Putu Yoga Purandina

Dosen Jurusan Dharma Acarya STAHN Mpu Kuturan Singaraja

Memuliakan Ayah sebagai Guru Pembimbing Kehidupan

Diperbarui: 12 November 2021   16:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Selama ini kita sedikit melupakan sosok yang memiliki peran penting dalam kehidupan. Bukan siapa-siapa memang, bukan orang terkenal, bukan pejabat, bukan pahlawan perang. 

Namun sosok ini patut disejajarkan dengan beberapa sosok yang disebutkan barusan. Bahkan bagi setiap individu sosok ini akan menjadi lebih tinggi derajatnya. Hormat saja tidaklah cukup, jika kita kenang bagaimana peran dan jasa beliau. Memiliki peran yang sangat sentral bagi setiap individu, bagi setiap tatanan sosial terkecil yang kita sebut dengan keluaraga.

Sosok ini memanglah salah satu dari orang tua yang telah melahirkan dan atau yang memelihara kita dari sejak lahir di dunia yang keras ini. Jika Ibu telah melahirkan kita, dengan jerih pAyahnya menjaga dari sejak dalam kandungan, kemudian melahirkan, menyusui, serta memberi kita makan. 

Peran Ibu memang sungguh luar biasa. Mempertaruhkan nayawanya mengandung dan melahirkan. Rela mendahulukan dan mengutamakan kebutuhan anaknya dari pada kebutuhannya sendiri. Sering kali Ibu tidak dapat memoles dirinya seperti pada saat mereka muda, saat menjadi kembang desa.

Ibu selalu ada dalam ingatan kita, bahkan surga terletak di telapak kaki Ibu. Siapapun yang menghormati dan memuliakan Ibu, niscaya akan diberkati dan dituntun hidupnya dalam mencapai kesuksesan dan kebahagiaan. Setiap peringatan hari Ibu, kita selalu bersemarak merayakannya, mengucapkan salam, Selamat, dan permohonan maaf ke pada Ibu kita. 

Ibu adalah tempat kita mengadu. Ibu memberikan kita sesuatu yang lunak, kasih sayang yang terpampang jelas, tergores dari setiap belaian tanganyan, menyapu kening dan ciuman. Ibu yang secara terang-terangan memanjakan kita, seakan tidak ada yang peduli terhadap diri kita.

Namun, sesungguhnya ini tidak sepenuhnya benar. Kadang mata hanya diperlihatkan yang terlintas di depan mata kita. Namun kita tidak pernah merasakan hal-hal lain, yang mungkin lebih dari perlakuan seorang Ibu. Adakah sosok tersebut di samping kita? Jawabannya tentu “Iya”. Sosok tersebut adalah Ayah kita. 

Tidak sedikit anak-anak di dunia ini yang merasa benci, segan dengan sosok Ayah. Mengapa demikian? Ayah digambarkan sebagai sosok yang tegas, keras, terkenal dengan marahnya, bentakannya, makiannya. Seakan tidak peduli dengan anaknya. Selalu menempatkan diri agak jauh dari anaknya. Sedikit bicara, tidak suka bertele-tele serta memanjakan anaknya secara blak-blakan.

Mungkin ini sedikit mencengangkan bagi kita. Sejatinya Ayah merupakan sosok yang paling peduli dengan hidup kita sebagai anak di dunia ini. Hanya saja mata kita tidak diperlihatkan langsung, namun mereka bekerja secara dingin dalam sudut-sudut yang jarang dapat dijangkau oleh pengelihatan.

 Ayahlah yang bertanggung jawab atas segala permasalahan yang dihadapi oleh keluarga. Memang Ayah sebagai pemimpin keluarga. Tanggung jawab yang besar, tidak saja menjamin kehidupan anaknya, mereka juga harus menjamin kehdiupan Ibu dari anaknya atau istrinya. Kadang dirinya lebih tidak terurus.

Tangan-tangan Ayah sering kali bekerja tanpa sepengetahuan kita. Kaki-kaki yang kuat menopang tubuhnya yang besar dan tegak. Mengambil jarak yang agak jauh dengan anaknya, namun gerak tangan dan pikirannya selalu didahulukan untuk kita, anakanya. Seingkali tanpa kita sadari Ayah lebih sayang terhadap anaknya, namun hal itu tidak ditunjukkan secara langsung. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline