Setelah usainya perang Puputan bayu antara kerajaan Blambangan dengan VOC di tahun 1768, Blambangan mengakhiri masa kejayaannya dengan berdirinya kabupaten Banyuwangi. Sedangkan bagian wilayah Blambangan yang lain yaitu Jember dan Bondowoso yang disebut Blambangan barat dan salah satunya wilayah yang bisa disebut Lanschap Poeger atau Boemi Poeger. Berdasarkan keterangan yang diperoleh, Poeger sebagai wilayah historis Bondowoso dan Jember berasal dari buku milik Francois Valentijn di Pulau Jawa pada abad 18. Buku yang berjudul Beschryving van Groot Java of te Java Major merupakan catatan perjalanan Francois Valentijn. Bukti adanya Landschap Poeger juga bisa dibuktikan dari lampiran peta dalam buku tersebut.
Dalam bukunya juga ia menyebutkan wilayah yang berada di pojok Timur Pulau Jawa, antara lain Eiland Madura, Soerabaja, Passaroewan, Noessa Baron, kemudian juga menyebutkan stad Soerabaja, stad Gresik, bangel, het Landschap Singasari, baru kemudian Het Lancchap en Stad Poeger (Boemi atau kota Poeger). Selain peneyebutan sebagai Landschap Poeger, di dalam arsip kolonial masa VOC, juga menyebutkan wilayah Landschap Poeger (Jember dan Bondowoso) sebagai Regenchap Poeger. Dalam babad Basuki dan Babad Bandawasa menyebutkan wilayah negeri Poeger mencakup Jember dan Bondowoso sebelum sebagai Afdeeling Bandawasa.
Selain bukti diatas, ada beberapa bukti lainnya yang mengatasnamakan keberadaan Regentchap Poeger salah satunya dari surat yang ditulis oleh komandan di Pasuruan yang bernama J. Hasselaar, tertanggal 22 Februari 1806. Dengan adanya surat tersebut dapat menggambarkan Regentchap Poeger bersamaan dengan Regentchap Passourouang ( Kabupaten Pasuruan) dan regentchap Banger (Kabupaten Probolinggo). Pada tahun 1806, sebelum pendudukan Inggris di Jawa, kolonial Belanda menjadikan Regentchap Poeger sebagai bagian dari Java's Oosthoek yang berkantor di Surabaya.
Di tahun 1792, populasi yang berada yang di kawasan Poeger ini kira-kira 1230 keluarga atau 6150 jiwa dan pada tahun 1815 populasinya meningkat mencapai 10.891 jiwa. Batas wilayah Poeger dengan Banyuwangi dipisahkan oleh pegunungan dan hutan sementara sungai gitem dan sungai gantung memisahkan Poeger dengan Lumajang. Kawasan ini dipimpin oleh seorang bupati dan empat lebih pemimpin (pembekel) lokal dari sabrang (termasuk Nusa Barong), Jember, Sentong Prajekan, Wringin, dan pekalongan. Pada 1795, banyak dibentuk distrik-distrik baru seperti Poeger, Tanggul, Jember, Sukowono, Maesan dan Bondowoso. Pada masa VOC dibangun pos-pos militer yang berada di Jember, Picara, Biting dan Klatak. Meskipun daerah ini dikuasai oleh VOC namun mereka tidak memerintah Blambangan secara langsung, karena wilayahnya mereka percayakan kepada orang pribumi yang loyal terhadap kompeni Belanda.
Setelah VOC bangkrut dan runtuh pada tahun 1799, oleh karena itu mereka tidak bisa mengelola tanah jajahannya. Karena tidak ada lagi yang mengelola tanah Poeger, Pemerintah Kerajaan belanda pun turun tangan untuk mengambil daerah tanah jajahan tersebut dan memberikan nama Hindia Belanda. Sejak saat itu juga wilayah Poeger menjadi kekuasaan di bawah Pemerintah Kerajaan Belanda.
Dibawah kekuasaan pemerintah Kerajaan Belanda tepatnya di tahun 1805, kondisi Poeger tidak kondusif, bisa dibuktikan dari laporan milik Horsfield yang melakukan perjalanan melintasi Puger, Jember, Sabrang dan Bondowoso. Dikatakan di dalam laporannya bahwa keadaan Poeger yang tidak sehat dan sebagian besar tertutup oleh hutan. Namun di samping adanya wilayah yang masih tertutup hutan, Puger menyimpan kekayaan alam yang tak ternilai. Ikan melimpah, dengan beraneka ragam macam jenis ikan laut dalam. Masyarakat yang tinggal di pesisir pantai di Puger sangat terkenal akan keahlian sebagai pelaut. Hasil ikan yang ditangkap pun sampai didistribusikan ke segala penjuru sekitar Jember dan Bondowoso
Referensi
Ahmadi, I., Hariyono, H., Malikah Thowaf, S. Puger : Sejarah dan Potensi Ekonomi. In Prosiding Seminar Nasional Mahasiswa Kerjasama Direktorat Jenderal Guru dan tenaga Kependidikan Kemendikbud. 2016
Dukut Imam Widodo. 2014. Djember Tempo Doeloe. Surabaya: PT Jepe Press Media
Jupriono, et al. 2018. Sekilas Wakil rakyat dan Perkembangan Kabupaten Jember (Prasejarah sd 1970-an). jember: Sekretarian DPRD KAbupaten Jember
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H