Lihat ke Halaman Asli

Aksi Cepat Tanggap

Organisasi Kemanusiaan

Butuh Waktu untuk Memulihkan Limapuluh Kota

Diperbarui: 15 Maret 2017   10:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ACTNews, LIMAPULUH KOTA – Sudah lebih satu minggu sejak Kabupaten Limapuluh Kota diterjang oleh banjir dan longsor. Ketika itu, hujan dengan intensitas yang tinggi terus menerus menggempur wilayah di tengah lintas Pekanbaru-Sumatera Barat.

Sepekan setelah banjir bandang menerjang, ACTNews masih berada di lokasi. Banyak cerita terangkum sejak ACTNews bergegas dari Jakarta menuju lokasi banjir di Kabupaten Limapuluh Kota. Bahkan sejak tiba di Pekanbaru – bandara terdekat dengan lokasi banjir – ACTNews sudah dilanda berlapis hambatan.

Tiba di Pekanbaru, hambatan menuju lokasi terbentang. Mulai dari terjebak dalam kemacetan panjang selama lima jam menuju lokasi. Padahal di hari biasa sebelum banjir dan longsor menerjang, jalur lintas Pekanbaru-Sumatera Barat ini biasa ditempuh dalam waktu tiga jam. Antrean mobil panjang disebabkan amblasnya separuh jalan, membuat jalanan jadi menyempit dan melintas bergantian. Setelah melewati longsor. Masih ada puluhan kilometer lagi sampai di lokasi banjir terparah di Nagari Pangkalan.

Kala itu, banjir di Nagari Pangkalan Kecamatan Limapuluh Kota merendam ratusan rumah sekaligus.  Rumah-rumah di pinggiran sungai besar digempur begitu saja oleh air bah yang datang tiba-tiba. Meski tak ada korban jiwa, tapi banyak harta benda yang tak sempat diselamatkan, habis dibawa air.

Sampai hari ini, bekas banjir ini masih menyimpan derita penduduk di Nagari Sopang, Nagari Pangkalan, juga Nagari Gunuang Malintang, Kecamatan Pangkalan Koto Baru.

Salah satu yang masih memendam duka ini ini adalah Rachmi. Sehari-hari Ia hidup bersama ketiga putrinya. Tanpa adanya seorang pria di dalam keluarga, Rachmi serta putri-putrinya kini harus bangkit membangun kembali rumah tangga mereka.“Suami saya sudah tidak ada. Sekarang kami hanya bertiga dengan ketiga putri saya,” ungkapnya sambil menahan rasa sedih.

Rachmi sampai hari ini belum bisa melupakan duka yang Ia rasakan ketika banjir bandang datang. Mata pencaharian perempuan tangguh ini pun tak luput disapu oleh air. Kerugian yang Ia alami cukup parah. Seluruh isi toko kelontong miliknya habis disapu banjir bandang.

Ketika ditanya oleh ACTNews tentang kondisi, harapan dan bagaimana menjalani kehidupan mereka selanjutnya, mereka hanya bisa berserah diri kepada yang Maha Kuasa. “Sekarang ini kami hanya bisa pasrah dan berharap ada seseorang yang cukup berada untuk membantu kampong kami,” tutupnya.

Afrizal, Kepala Jorong Koto Pangjang juga mengungkapkan kepada ACTNews bahwa ini adalah banjir terparah yang pernah mereka alami.

“Ini banjir teparah. Biasanya kami menaruh barang-barang di atas loteng ketika banjir. Tapi karena intensitas hujannya besar, air sampai juga ke loteng, menghabisi perabotan dan alat-alat elektornik termasuk pakaian,” sebutnya dalam bahasa setempat.

Menanggapi bencana di Pangkalan, Sumatera Barat, Aksi Cepat Tanggap telah mendirikan posko dekat lokasi. Berbagai bantuan logistik serta bantuan air bersih telah diberikan kepada warga. Selain itu, sejak hari pertama banjir menerjang, puluhan relawan dari Masyarakat Relawan Indonesia telah mengerahkan tenaga mereka dengan melakukan pembersihan di sejumlah rumah dan musolah di area tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline