Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Rindu yang Terpahat

Diperbarui: 23 September 2017   07:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tak seharusnya kau menyapaku melalui jalur pribadi,

Untuk alasan apapun, seharusnya kau biarkan saja getaran itu bergetar di antara sekumpulan wajah-wajah asing yang terbingkai dalam lingkaran-lingkaran kecil.

Ketika momentum itu bertubrukan, aku yang utuh kini pecah berserakan, menjadi kepingan-kepingan masa lalu, masa depan, dan sedikit menyakitkan ketika masa kini menyapaku dengan senyuman.

Untuk sepotong rindu yang terpahat, pahatan itu nyata menggairahkanku untuk berkarya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline