Lihat ke Halaman Asli

Budhi Hendro Prijono

Belajar Terus dan Terus Belajar! Pensiunan Karyawan YAKKUM RS Emanuel Purwareja-Klampok Banjarnegara. Alumni Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

"Cerdik dan Bijak Memilih Ta'jil Sehat"

Diperbarui: 9 Juni 2016   16:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Walaupun telanjur ‘salah kaprah’ namun kita sudah familiar menyebut Ta’jil sebagai makanan penghantar berbuka puasa. Berbuka puasa tanpa Ta’jil seolah tidak afdol. Bahkan banyak ibu sudah mempersiapkan Ta’jil sejak subuh seusai makan sahur.

Awalnya, Ta’jil berupa buah Kurma yang manis rasanya, cara cepat mengganti kalori setelah seharian berpuasa. Sesuai perkembangan zaman, Ta’jil menjadi sangat beragam jenis maupun bentuknya. Di pedesaan, Ta’jil masih diproduksi sendiri di rumah di konsumsi penghuni rumah. Di perkotaan, Ta’jil banyak dijual menjadi produk bisnis. Menjelang waktu berbuka puasa, beraneka macam Ta’jil dijajakan di sepanjang jalan bak pasar musiman spesial Ramadhan. Penampilan Ta’jil sengaja dibentuk sedemikian rupa untuk menarik minat pembeli. Packingnya di desain menarik. Harganya ditekan supaya terjangkau. Penjajanya-pun disiapkan tidak kalah dengan para EsPeGe profesional: cantik, muda, menarik. Pokoknya, pembeli tinggal pilih, bayar, dan bawa pulang sebagai kelengkapan berbuka puasa.

Ironisnya, produk Ta’jil yang dijual bebas dan hampir tanpa pengawasan Badan POM macam ini, tidak semua dijamin ‘Sehat’. Sebagaimana halnya produk-produk berlatar belakang profit, keuntungan tetap menjadi tujuan utamanya. Pemakaian bahan pengawet, pewarna, dan penyedap yang tidak untuk makanan, acapkali sengaja digunakan demi meraih untung banyak. Nah, kalau sudah begini, kita tidak bisa terlalu berharap produk yang dihasilkan akan aman buat tubuh kita.

Beberapa tips memilih Ta’jil sehat:

Pertama, jangan mengandalkan ‘apa maunya mata’. Mata akan menuntun kita memilih makanan berpenampilan menarik baik bentuk maupun warnanya. Atau ‘apa maunya hidung’ karena hidung tunduk dengan nikmatnya bau makanan bahkan sebelum kita tahu seperti apa bentuknya. Atau ‘apa maunya lidah’ yang ingin mengendalikan kita memilih makanan yang enak-enak. Kini saatnya kita cerdik dan bijak mengikuti ‘apa maunya otak dan hati’ yang tidak pernah membohongi dan tidak pernah menjerumuskan kita.

Ke dua, otak kita merekomendasikan supaya kita mengonsumsi Ta’jil made by kita sendiri. Kita bisa memilih bahan yang paling sehat, bumbu yang paling pas sesuai selera, serta proses mengolah yang paling aman dan sehat. Tidak tahu cara mengolahnya? Resep masakan sangat banyak tersedia baik dari buku menu maupun searching di internet. Dijamin semua akan beres! Catatan kecil saja; walaupun Ta’jil identik dengan rasa manis, sebaiknya batasi seminimal mungkin pemakaiannya. Mengonsumsi makanan-minuman manis yang berlebihan sudah terbukti ikut andil menyebabkan penyakit Diabetes Mellitus. Mengonsumsi yang manis-manis selama se bulan, tanpa disadari akan menjadi kebiasaan rutin yang berlanjut menjadi gaya-hidup.

Ke tiga, jika toch tidak tersedia Ta’jil bikinan sendiri, boleh dipertimbangkan membelinya dari produsen yang kita kenal cukup dekat, misalnya: Ta’jil bikinan tetangga rumah kita. Dengan maksud untuk belajar, kita bisa bertandang dan bersosialisasi sambil ikut membantu memproduksi. Kita juga berkesempatan ‘mengarahkan’ supaya makanan-minuman diproses secara aman dan sehat. Kelebihan lainnya adalah: kita bisa ikut menolong mereka khususnya yang berpenghasilan minim dan hanya mengandalkan hidupnya dengan membuat makanan kecil sejenis Ta’jil.

Ke empat, jika tidak sempat membuat sendiri dan tidak ada tetangga produsen Ta’jil, pilihan terakhir adalah membeli ke penjual yang apa boleh buat sama sekali tidak kita ketahui proses pembuatannya. Untuk yang ini, ada beberapa catatan khusus. Pilih Ta’jil yang tidak berwarna merah atau kuning mencolok dan tampak bintik-bintik warna tidak merata. Makanan dengan kondisi seperti ini ditengarai menggunakan zat pewarna tekstil (Rhodamin B atau Methanil Yellow) yang jika dikonsumsi jangka pendek bisa timbul masalah iritasi saluran cerna, sedangkan untuk pemakaian jangka panjang bisa menyebabkan gangguan fungsi hati dan kanker.

Ke lima, repotlah sedikit dengan membawa wadah sendiri dari rumah. Jangan membiasakan menggunakan wadah dari penjual apalagi wadah kantung plastik yang akan menambah tumpukan sampah di bumi kita. Jangan sekali-kali menggunakan kantung plastik berwarna untuk mewadahi makanan-minuman kita. Makin gelap warna kantung plastiknya, artinya sudah makin sering diproses daur-ulang sehingga lebih layak menjadi wadah sampah bukan wadah makanan-minuman. Jika terpaksa harus memakainya, wadah plastik yang dibenarkan untuk makanan yakni kantung plastik bening yang masih lengket ke dua sisi lembar dalamnya, itu-pun tidak direkomendasikan untuk wadah makanan-minuman panas karena akan berreaksi tidak baik.

Selamat memilih Ta’jil Sehat dengan cerdik dan bijak.

Maguwoharjo, 9 Juni 2016




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline