Lihat ke Halaman Asli

Yana Haudy

TERVERIFIKASI

Ghostwriter

Menolak Pemberian Orang

Diperbarui: 22 September 2021   15:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Getty Images via huffpost.com

Sudah dua kali saya dan suami menolak bantuan duit untuk anak kami dari Partai Demokrat yang disalurkan melalui sekolah.

Bantuan itu bernama Program Indonesia Pintar (PIP). Siswa diminta mengisi formulir, mengumpulkan fotokopi KK, KTP orang tua, dan membuka rekening di BRI untuk menampung duit bantuan.

Bantuan yang diterima siswa di sekolah kami sekitar Rp400rb-an, tapi dipotong biaya administrasi, jadi yang masuk ke rekening tidak sampai Rp400rb.

Awalnya ketidakinginan kami mengambil bantuan PIP dari Partai Demokrat hanya diketahui bendahara paguyuban. Akhirnya semua orang tua sekelas jadi tahu.

Banyak yang menyayangkan kami tidak mengambil bantuan itu. Kata mereka, "Harusnya diambil aja, nanti kan bisa disedekahkan ke orang yang lebih membutuhkan."

Atau, "Emangnya njenengan (Anda) kader partai apa, kok nolak to?"

Yang lain, "Mestinya terima aja, sayang, lho, rejeki kok ditolak!"

Saya sering mendengar soal larangan menolak pemberian orang. 

Soal itu menurut saya sangat kontekstual. Tergantung konteks, situasi, waktu, dan kondisi.

Misal, kita kedatangan tetangga atau kerabat yang memberi sepiring jengkol balado ke rumah kita. Kalau kasusnya begini kita tidak boleh menolak. Terima saja dengan senang hati walau kita tidak suka jengkol. Tidak ada alasan, kalau sikonnya begini, pemberian itu jelas harus diterima karena mereka sudah membawanya ke rumah kita.

Entah nanti jengkol itu diberikan lagi ke orang lain atau jadi pakan ayam, betul, terima saja dulu untuk menghargai mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline