Lihat ke Halaman Asli

Surat Untuk Bunda

Diperbarui: 8 Agustus 2015   20:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Entah sudah berapa lama aku menunggu, menunggu panggilan dari kartu antrian yang sudah ku pungut. Selalu ku tatapi nomor yang muncul di layar yang tergantung di langit-langit di atas loket, tapi seingatku dulu belum ada. Memang seiring waktu berlalu, tempat ini juga akhirnya berubah menjadi lebih indah.

Ku pandangi amplop di tanganku, entah ini surat yang kesekian yang akan ku kirim untuk Bunda? Sebulan sekali aku memang mengirim surat untuk Bunda, sebuah surat yang di dalamnya aku selipi beberapa lembar uang. Aku tak mengirim lewat wesel karena Bunda pasti akan keder?

Ku pandangi orang-orang yang lalu-lalang, keluar masuk, bangkit duduk, huh....aku mulai bosan! Kenapa giliranku lama sekali?

Aku duduk di tempat yang sama, kursi tunggu favoritku. Entah kenapa aku suka sekali duduk di sini? Melihat orang-orang yang memenuhi ruangan ini. Ku lihat satpam yang sudah berbeda, aku tidak terlalu mengenal dengan satpam yang baru ini meski aku merasa sudah lama melhatnya berada di sini. Padahal satpam yang dulu sangat akrab denganku!

Dulu memang aku datang sebulan sekali ke kantor pos ini, tapi sekarang menjadi setiap hari. Setiap hari duduk di sini, mengamati orang-orang, menunggu giliran. Giliran yang tak pernah datang padaku.

"Kakak, kenapa kakak duduk di atas tong sampah?" tanya seorang bocah cilik padaku,

"Aku suka duduk di sini!"

"Tapi kata mama tong sampah itu kan kontor!"

"Isinya yang kotor, tapi duduk di sini sangat nyaman!"

Setidaknya aku memang merasa begitu, dulu di sini adalah kursi tunggu favoritku. Aku selalu duduk di sini setiap hendak mengirim surat untuk Bunda, dan meski kini sudah tak ada lagi kursi itu, kini sudah di ganti menjadi tempat duduk tong sampah tetapi aku tetap suka duduk di sini.

"Mayra sayang, kamu ngomong sama siapa?" tanya seorang wanita cantik pada bocah itu,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline