Lihat ke Halaman Asli

Teguh Suprayogi

TERVERIFIKASI

Terapis

Dibuntuti Polisi dan Dicurigai Sebagai Teroris

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13415274491007837562

[caption id="attachment_199051" align="aligncenter" width="253" caption="aku bukan teroris/wongcikawung.blogspot.com"][/caption] Sekitar enam tahun lalu, dimana sedang gencar-gencarnya perburuan teroris pelaku pengeboman di beberapa wilayah Indonesia yang dilakukan oleh Polri dengan pasukan khususnya Densus 88. Demi alasan kewaspadaan dan keamanan serta memburu tersangka teroris semua jajaran kepolisian diturunkan keseluruh pelosok daerah. Banyak tersangka jaringan teroris yang tertangkap, walau banyak pula yang salah sasaran atau salah tangkap. Termasuk aku dan temanku yang jadi buruan salah sasaran. Pada hari minggu, waktu itu aku dan temanku Pongki pergi ke Kebumen untuk melakukan pengobatan bekam serta jualan herbal. Dari Jogja berangkat pagi sekitar pukul 05.30, dengan mengendarai sepeda motor berboncengan. Pongki yang didepan, dengan barang bawaan herbal yang dimasukkan dus mie instan, sedangkan aku membonceng dengan membawa ransel berisi peralatan bekam. Cuaca cukup cerah hari itu. Seperti biasa rute dari Jogja lewat jalan ring road utara terus masuk jalan Wates. Lalu lintas cukup lancar, tidak terlalu ramai, maklum hari minggu dan masih pagi. Dengan kecepatan sedang motor melewati jembatan kali Progo, menanjak terus, hingga sampai lampu bangjo depan markas Brimob Sentolo pas lampu merah, motorpun berhenti. Lampu hijau, perjalanan terus berlanjut. Setelah hampir satu jam berkendara, akhirnya sampai di perlimaan kota Wates. Lampu merah lagi, berhenti lagi. Lampu hijau menyala, si Pongki siap ngegas lagi. Baru saja berjalan tiba-tiba seorang polisi lalu lintas menyemprit sambil memberi tanda untuk meminggirkan motor."Waduh ada apa ini, perasaan nggak melanggar lalu lintas" kataku dalam hati. Semoga tidak ada masalah. Dua polisi mendatangi motor, satu berpakaian seragam lalu lintas, satunya lagi berpakaian preman dan ada satu polisi lagi berdiri sekitar tiga meter dari kami. Wah ada apa ini, bukan cuma satu polisi yang mendekati kami. Seperti biasa sang polisi mengucap salam hormat, kemudian menanyakan surat-surat kendaraan dan SIM pengendara, dan meminta kami untuk membuka ransel serta dus yang diletakan di tengah motor. "Walah ada apa tho pak polisi, apa tampang kami seperti teroris?" "Apa kebetulan temanku memakai celana cingkrang dan memakai helm full face," "Atau kebetulan pemboncengnya berjenggot?" pertanyaan-pertanyaan itu muncul dalam hatiku. Akhirnya aku membuka tas ranselku, dan temanku membuka dus yang diapit di tengah motor. Setelah melihat dan menggeledah barang yang kubawa ternyata berisi obat-obatan herbal dan peralatan bekam, akhirnya polisi menyuruh untuk melanjutkan perjalanan kembali. Alhamdulillah...lega rasanya, paling malas kalau berurusan dengan polisi. Dalam perjalanan si Pongki bercerita, ternyata dia sudah merasa ada yang membun- tuti sejak dari lampu bangjo depan markas Brimob Sentolo. Waspada boleh pak polisi, tapi apa yang menyebabkan kami dicurigai? Apa karna pakaian dan penampilan kami? Ah masa bodo lah! Akhirnya sampai Kebumen sekitar jam sembilan kurang. Dammam, 6 Juli 2012




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline