Lihat ke Halaman Asli

Jendela yang Harus Kugembok

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jauh di sana, rasaku tertinggal;

Setelah ku simpan birunya awan, mendungnya langit. Mataku memotret pantai berpasir gurun. Segarnya hijau hanyalah teringat dalam tidur

Cermin teranggurkan, aku hanyalah pucat yang merindu matahari. Ku gelar selimut ketika malam, Ku buka jendela ketika anjing-anjing tetangga menangis, ku coba bercakap dengan tangisnya. Apalah daya, ceritanya tersangkut

Jendelaku harus ku gembok

Tangisan itu tak perlu lagi. Dalam pengap, jendela purna sudah. Tersenyum, tertawa ku pelajari suaranya. Wujudnya janganlah kau tanya.

Jendelaku telah ku gembok

Malam telah tiba, curhatku dimulai;
pantai berpasir gurun, tangisan anjing, suara senyum dan tawa
lindap dalam selimutku

Jendelaku telah ku gembok
Biarlah aku tidur, akan ku bawa matahari dan segar hijau dalam mimpiku

Maafkan aku
Jendelaku telah ku gembok

Februari 2014




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline