Lihat ke Halaman Asli

Agus Sutisna

TERVERIFIKASI

Lecturer I Researcher IInstagram : @kiagussutisna

Ramadhan Talks (13): Nuzulul Quran dan Faedah Memperingatinya

Diperbarui: 30 Maret 2024   19:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.sindonews.com

                                                                                                                      

Tujuhbelas Ramadhan kemarin kaum muslimin memperingati Nuzulul Quran, salah satu peristiwa penting dan strategis dalam lanskap sejarah dan peradaban Islam. Yakni peristiwa diturunkannya Al Quran sebagai wahyu Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.

Para Ulama berbeda pandangan mengenai waktu terjadinya peristiwa Nuzulul Quran ini. Sebagian ada yang berpendapat peristiwa besar ini terjadi pada tanggal 24 Ramadhan. Namun pandangan yang paling masyhur Nuzulul Quran terjadi pada tanggal 17 Ramadhan, 13 tahun sebelum hijrah bertepatan dengan bulan Juli tahun 610 Masehi (Syekh Muhammad al-Khudlari Bik, Nur al-Yaqin Fi Sirati Sayyid al-Mursalin).

Al Quran merekam peristiwa Nuzulul Quran ini dalam beberapa surat, antara lain surat Al Baqarah ayat 185, Ad Dukhan ayat 2-3, dan Al Qadr ayat 1.

Di dalam surat Al Baqoroh ayat 185 Allah menjelaskan: "Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil...."

Kemudian didalam surat Ad Dukhan ayat 2 dan 3, Allah berfirman: "Demi Kitab (Al Quran) yang jelas. Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi. Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan". Dan didalam surat Al Qadr ayat 1: "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan.". 

 

Tahap dan Proses Turunnya Al Quran

Istilah Nuzulul Qur'an terdiri dari kata, "Nuzul dan Al-Qur'an". Nuzul artinya turun. Namun penting difahami, penggunaan kata nuzul dalam istilah nuzulul Qur'an (turunnya Al-Quran) harus pahami secara majazi, bukan hakiki. Yakni pemahaman bukan berdasarkan makna denotatif teksnya karena ada hubungan (alaqoh) dan indikator (qarinah) tertentu yang mengalihkan dari makna aslinya.   

Dalam konteks ini, Al Quran yang dimaksud bukanlah obyek berbentuk fisik berupa buku tercetak atau tertulis. Melainkan Al Quran sebagai al-kalm an-nafsi yang terdapat dalam zat Allah. Jadi, Al Quran tidak lain merupakan bagian dari zat Allah SWT, karena itu secara semantik an-nuzl tidak tepat difahami secara hakiki (sesuai teksnya).

Berdasarkan kaidah tersebut, maka As-Suyuthi (1951) memaknai Nuzulul Quran sebagai peristiwa penyampaian wahyu (informasi) kepada Nabi Muhammad dari alam ghaib ke alam nyata melalui perantara malaikar Jibril 'alaihissalam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline