Lihat ke Halaman Asli

Teguh Hariawan

TERVERIFIKASI

Traveller, Blusuker, Content Writer

Eksotiknya Pantai Banyu Tibo, Pacitan

Diperbarui: 24 Juni 2017   01:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Siang tak begitu terik. Saya melaju di tengah kota Wonosari, Gunung Kidul menuju ke Pacitan. Jalan di tengah kota begitu mulus dan lebar. Tak begitu padat kendaraan.  Begitu juga jalur yang menuju luar kota, nampaknya baru dilebarkan dan diaspal ulang, sehingga nyaman untuk berkendara. Hanya mendekati Pracimantoro, ada proyek  JalurLingkar Selatan (JLS) yang sedang dikebut. 

Kanan kiri jalan lama dilebarkan. Di beberapa titik ada lintasan-lintasan baru. Lebarnya lebih dari 10 meter. Otomatis, sepanjang 5 kilometer menuju Pracimantoro, kendaraan harus berjalan pelan lantaran terbatasnya pandangan akibat debu beterbangan. Namun, selepas Pracimantoro, Wonogiri dan Giribelah, jalur kembali mulus dan lengang sehingga kendaraan dapat dipacu lebih cepat. Akhirnya setelah hampir dua jam sampai juga di pinggiran selatan Kabupaten Pacitan.

Semula akan langsung menuju pusat  kota Pacitan lalu dilanjutkan ke Trenggalek-Tulungangung-Kediri-Pasuruan. Lantaran hari masih belum gelap, perjalanan pulang pun "dibelokkan". Tujuannya ke Pantai Klayar. 

Jalan menuju ke pantai ini searah menuju ke Goa Gong. Jalannya sudah mulus dan lebar. Beda dengan 2 tahun lalu. Tapi, begitu tiba di sebuah pertigaan, ada papan penunjuk ke pantai baru yang dulu belum sempat dikunjungi. Akhirnya, diputuskan tidak jadi ke Klayar tapi mengikuti papan penunjuk sederhana itu. Arahnya ke Pantai Banyu Tibo. Nama asing yang bikin penasaran. 

Tak sampai setengah jam akhirnya tiba di sebuah pertigaan,  tepat saat hujan turun rintik-rintik. Sebuah banner besar bertuliskan "Selamat Datang di Pantai  Bayu Tibo" terpasang kokoh di pinggir jalan. Kendaraan pun menepi. Bertanya dan benar ini adalah pintu masuk ke Pantai Banyu Tibo. Tapi, jalan masuk menuju pantai ini sempit. 

Cukup untuk satu kendaraan. Jadi harus bergantian. Anak-anak muda (Karang Taruna) dari Desa Widoro, kecamatan Donorojo ini sudah siaga. Selain menjual tiket juga mengendalikan arus keluar masuk kendaraan dengan handy talky.

Dokumen pribadi

Sambil menunggu, kami konfirmasi ke anak-anak muda pengelola itu arti Banyu Tibo. Ternyata benar. Banyu dalam bahasa Jawa artinya Air. Tibo artinya jatuh. Jadi Banyu Tibo artinya air yang jatuh. Ya.. semacam air terjun begitulah. Tapi yang bikin penasaran. Kok jatuhnya ke pantai.

Setelah menunggu sejenak, akhirnya kami diijinkan masuk menuju pantai, Lewat jalan sempit membelah kampung dan kebun. Jalanan disemen seadanya. Licin juga kayaknya. 

Tak sampai sepuluh menit, setelah menurun tajam dengan jurang di kiri jalan,  tiba di sebuah pelataran sempit  Ada sekitar 5 kendaraan roda empat dan puluhan motor parkir. Petugas pakir lumayan kerja keras mengarahkan parkir agar tidak menghalangi kendaraan yang akan keluar masuk. Begitu turun dari kendaraan, di depan sana sebuah  cekungan tebing dan pantai lepas dengan ombak besar.

Dokumen pribadi

Dokumentasi pribadi

Unik dan Eksotik

Sambil berjalan, sesekali berjingkat karena jalan becek, saya mulai mendekati cekungan tebing. Wow... pemandangannya keren. Pantainya unik dan eksotik. Tidak seperti pantai lain yang memiliki garis pantai yang landai dan panjang.  Ini sangat berbeda. Pantainya ada di bawah cekungan tebing. Tentu saja pantainya sempit. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline