Lihat ke Halaman Asli

Syarifah Lestari

TERVERIFIKASI

www.iluvtari.com

Mau Menginspirasi tapi Khawatir Ria, Pernah?

Diperbarui: 27 April 2020   09:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by Christian Dubovan on Unsplash

Ada kompetisi menulis dengan tema menginspirasi kebaikan selama pandemi, lebih kurang begitu. Melihat hadiah yang ditawarkan, sangat tidak inspiratif. Haha, dasar matre'!

Memang belakangan ini aku juga kurang tertarik ikut kompetisi menulis. Entah malas, bosan kalah, atau keduanya. Tapi pengantar dari admin platform itu lumayan menggelitik.

Gak riya' kok! Katanya, tujuan tulisan ini untuk menggugah orang lain agar melakukan hal yang sama. Aku yang tadinya gak mikir ke riya' justru jadi kepikiran. Kepikiran menulis artikel ini, bukan ikut lomba nulis.

Macam-macam Penyakit Hati

Kita sudah sering mendengar istilah riya'. Dalam KBBI V dibakukan jadi "ria" dengan makna "sombong; congkak; bangga (karena telah berbuat baik)". Tapi aku lebih suka menulis riya', walau agak ribet karena koma atasnya.

Selain riya' masih banyak penyakit hati lainnya yang mirip dengan riya'. Misalnya sum'ah, yaitu perasaan senang jika dipuji. Ghurur, tertipu amalan sendiri. Takabur, merasa diri hebat. 'Ujub, kagum pada diri sendiri. Dll.

Ketika membaca tentang penyakit itu, lalu kita terkenang amalan orang lain, itu pun masuk penyakit hati. Prasangka buruk. Sebab sejatinya, ilmu tentang macam-macam penyakit hati bermanfaat untuk mengoreksi diri kita pribadi. Bukan untuk menilai orang lain.

Syirik dan Riya'

Tugas dari kompetisi itu sepertinya sederhana. Kita menulis tentang pengalaman membantu seseorang atau berdonasi ke suatu lembaga. Kemudian ceritakan efek yang kita dapatkan setelah perbuatan baik itu. Bisa cerita haru atau yang lainnya.

Aku langsung punya ide sih, karena memang bertepatan dengan dua program pribadi dan komunitas yang sedang berjalan. Tapi kemudian malah kepikiran tentang riya' itu. Padahal awalnya pure ingin menginspirasi, bahkan tak lihat-lihat hadiah.

Untungnya kemudian ucapan ulama besar, Fudhail bin Iyadh, mengingatkanku. "Meninggalkan amalan karena manusia termasuk riya' dan beramal karena manusia termasuk syirik." Maju kena mundur kena.

Nah inilah fungsi ilmu penyakit hati tadi. Dengan kita mempelajarinya, diharapkan kita mampu memanajemen hati agar tidak terjebak pada perkara-perkara tersebut.

Sedekah Terang-terangan atau Diam-diam?

Kalau yang diceritakan tentang donasi, artinya percuma dong kemarin pakai anonim? Kemudian ada akses membagi informasi yang itu hanya didapatkan setelah berdonasi. Ketahuan juga kan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline