Lihat ke Halaman Asli

Andaikata

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Seperti yang telah biasa dilakukan oleh Rasulullah ketika salah satu sahabatnya meninggal dunia, Rasulullah mengantar jenazahnya sampai ke kuburan. Dan pada saat pulang, disempatkannya singgah untuk menghibur dan menenangkan keluarga almarhum supaya tetap bersabar dan tawakal menerima musibah itu.

Kemudian Rasulullah berkata, "Tidakkah almarhum mengucapkan wasiat sebelum wafatnya ?"

Istrinya menjawab, "Saya mendengar dia mengatakan sesuatu diantara dengkur nafasnya yang tersengal-sengal menjelang ajal"

"Apa yang di katakannya ?"

"Saya tidak tahu, ya Rasulullah, apakah ucapannya itu sekedar rintihan sebelum mati, ataukah pekikan pedih karena dasyatnya sakaratul maut. Hanya saja, ucapannya memang sulit dipahami lantaran merupakan kalimat yang terpotong-potong".

"Bagaimana bunyinya ?" desak Rasulullah.

Istri yang setia itu menjawab,"Suami saya mengatakan : 'Andaikata lebih panjang lagi....andaikata yang masih baru....andaikata semuanya....' hanya itulah yang tertangkap sehingga kami bingung dibuatnya. Apakah perkataan-perkataan itu igauan dalam keadaan tidak sadar, ataukah pesan-pesan yang tidak selesai ?"

Rasulullah tersenyum, "Sungguh yang diucapkan suamimu itu tidak keliru," ujarnya.

Kisahnya begini, pada suatu hari ia sedang bergegas pergi ke Masjid hendak melaksanakan shalat jum'at. Ditengah jalan, ia berjumpa dengan orang buta yang bertujuan sama. Si buta itu tersaruk-saruk karena tidak ada yang menuntun. Maka suamimu yang membimbingnya hingga tiba di Masjid. Tatkala hendak menghembuskan nafas terakhirnya, ia menyaksikan pahala amal sholehnya itu, lalu iapun berkata "Andaikan lebih panjang lagi". Maksudnya, andaikata jalan ke Masjid itu lebih panjang lagi, pasti pahalanyalebih besar pula.

"Ucapan lainnya, ya Rasulullah ?" tanya sang istri mulai tertarik

Nabi menjawab, "Adapun ucapannya yang kedua, yaitu tatkala ia melihat hasil perbuatannya yang lain. Sebab pada hari berikutnya, waktu ia pergi ke Masjid pagi-pagi, sedangkan saat itu cuaca sangat dingin sekali, di tepi jalan ia melihat seorang lelaki tua yang tengah duduk menggigil, hampir mati kedinginan. Kebetulan suamimu membawa sebuah mantel baru, selain yang dipakainya. Maka ia mencopot mantelnya yang lama, dan kemudian diberikannya kepada lelaki tersebut. Sedangkan mantelnya yang baru itu dipakainya sendiri. Menjelang saat-saat terakhirnya, suamimu melihat balasan amal kebajikannya itu sehingga ia pun menyesal dan berkata, 'Coba andaikan yang kuberikan kepadanya adalah mantelku yang baru dan bukan mantelku yang lama, pasti pahalaku jauh lebih besar lagi". Itulah yang dikatakan suamimu selengkapnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline