Lihat ke Halaman Asli

muhammad nurul

Penulis Baru

Petugas KPPS: Garda Terdepan Demokrasi yang Gugur dalam Diam

Diperbarui: 22 Februari 2024   13:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri diolah via canva

Petugas KPPS: Garda Terdepan Demokrasi yang Gugur dalam Diam

Pemilu 2024 telah usai, meninggalkan riuh rendah pesta demokrasi dan mengantarkan Indonesia pada babak baru kepemimpinan. Namun, di balik gegap gempita perhelatan akbar ini, terselip kisah pilu para pahlawan tanpa tanda jasa yang gugur dalam diam: Petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS).

Data KPU menunjukkan, hingga 21 Februari 2024, tercatat 71 petugas KPPS gugur dalam menjalankan tugasnya. Mayoritas mereka meregang nyawa karena kelelahan, setelah bekerja tanpa henti selama berhari-hari.

Kisah pilu ini menggema di berbagai penjuru negeri. Di Batang, Jawa Tengah, Prayoga Febrian Perdana Putra, 25 tahun, meregang nyawa setelah 24 jam tanpa henti bertugas di TPS. Di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Muksin, 52 tahun, tumbang saat pleno rekapitulasi suara. Di berbagai daerah lain, cerita serupa berulang, merajut duka di tengah sukacita demokrasi.

Kelelahan menjadi pembunuh utama para pahlawan demokrasi ini. Beban kerja yang berat, minimnya waktu istirahat, dan kondisi kesehatan yang tak prima menjadi kombinasi mematikan. Mereka tak ubahnya laskar tanpa tameng, bertempur di garis depan demokrasi tanpa jaminan keselamatan yang memadai.

Kematian para petugas KPPS adalah tamparan keras bagi bangsa. Di balik gemerlap pesta demokrasi, tersembunyi realitas pahit tentang minimnya perhatian terhadap para pahlawan di balik layar.

Suara mereka yang terbungkam oleh kelelahan, kini harus diteriakkan. Kisah mereka yang terkubur di balik tumpukan data, harus diangkat ke permukaan. Kita berhutang nyawa kepada mereka, para penjaga gawang demokrasi yang gugur dalam diam.

Sudah saatnya negara memberikan perhatian serius kepada para petugas KPPS. Perbaikan sistem kerja, peningkatan honorarium, dan jaminan kesehatan yang memadai adalah langkah awal yang tak bisa ditunda.

Mari kita jadikan tragedi ini sebagai titik balik. Perlakukanlah para petugas KPPS dengan sehormat-hormatnya, karena di tangan merekalah masa depan demokrasi bangsa ini dipertaruhkan.

Di setiap tetes keringat dan pengorbanan mereka, terpatri cita-cita luhur untuk membangun bangsa yang lebih adil dan demokratis. Jasanya tak ternilai, pengorbanannya tak terlupakan.

Mari sejenak hening, menundukkan kepala, dan mendoakan para pahlawan demokrasi yang telah gugur. Semoga amal bakti mereka diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline