Lihat ke Halaman Asli

Jansori Andesta

TERVERIFIKASI

aku anak ketiga dari pasangan hazairin dan sawati. dari tahun 2005 aku mulai menyukai puisi (baca n tulis puisi). dan saat ini menulis adalah pilihanku.

Hari Itu

Diperbarui: 11 November 2019   08:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hari itu sepuluh november. Tertera jelas pada kalender. Latah aku ikut memajang wajah-wajah para pendahulu yang telah berjuang dengan tumpah darah juga penuh demi satu kata, merdeka. Seakan bangga, aku sematkan pula rangkaian kata penuh semangat gelora. Berjejer di dinding atau layar komputer ruang kerja.  

Hari itu. Ya, kita sama tahu hari apa itu saudara. Berkoar aku tentang meneruskan perjuangan bangsa. Seolah diri sudah pula berjasa. Sedang hati, sungguh jauh berbeda. Tanpa dirasa, mungkin terlanjur bangga jadi penerus para penjajah. Berebut nominasi untuk jadi penguasa. Dengan segala cara. 

Hari itu. Aku pula lupa dan sengaja melupa bahwa aku belum berbuat apa-apa. Hanya kata-kata kosong tanpa wujud nyata. Sedang wajah-wajah pendahulu bangsa yang terpajang tiada lain jadi hiasan saja. Sekedar hanya meramaikan suasana seremonial belaka. 

Hari itu. Hanya mengaku. Seperti hari lainnya berlalu ia begitu saja tanpa sisa. 

Bengkulu, 11 November 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline