Lihat ke Halaman Asli

Ina Tanaya

TERVERIFIKASI

Ex Banker

"Painting on T-Shirt" (POT), Seni Kreativitas dan Entrepreneurship

Diperbarui: 17 November 2018   06:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rini Pemilik POT Sumber: Gapey Sandy

Undangan untuk datang di suatu talk show adalah biasa. Namun, kali ini saya datang di suatu talk show dimana  ruangan dipinggirinya diisi penuh dengan papan kecil dengan ditempeli dan dibalut oleh kaos-kaos berwarna putih.  Pertanyaan besar di benak saya. Apa manfaatnya kaos-kaos itu?

Pertanyaan itu terjawab setelah selesai sambutan dari Bapak Henry C .   Widjaja, sebagai Ketua Yayasan Dharma Bhakti Astra.   Selesai sambutan, seorang ibu paruh baya menyapa kami dengan  sangat ramah , bahkan terkesan sangat ceria.    Dialah Ibu Dyah Rini Ayu.   Beliau adalah istri dari Iskandar Syahputra, yang akrab disapa Faiz.   Bapak Iskandar adalah seorang seniman, pelukis dan lulusan Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta.

Sedangkan istrinya, Rini (panggilan akrabnya), juga tak kalah  dalam dunia seni. Jiwa seninya itu dikembangkan melalui aneka keramik yang diproduksinya. Saat itu Rini adalah juragan keramik.

Cinta dua insan berjiwa seni ini terlihat sekali dari pekerjaan yang digeluti oleh Faiz sebagai pelukis yang berkecimpung dalam dunia lukis sejak 1979 dan sering menerima lukisan di atas kaos milik teman dan kerabat.

Namun,  usaha keramik yang cukup besar itu tidak selalu berjalan lancar.   Saat terjadi serangan 11 September 2001 yaitu pengeboman gedung Kembar World Trade Center (WTC) di Amerika Serikat pada 11 September 2001, usaha keramik mereka tergoncang karena permintaan expor mundur perlahan-lahan bahkan sampai tak ada order sama sekali.

Akhirnya  Faiz dan Rini  sadar bahwa  usaha 13-14  toko keramik yang selama ini diperjuangan dengan keras untuk dipertahankan, harus ditutup karena sudah tidak lagi memadai manfaat secara finansial.     

Dalam kondisi yang sulit itu, untuk menafkai keluarganya, Rini  banting setir dengan jadi tenaga promosi di perusahaan.   Di samping itu Rini sering  mendamping dan mendukung  hobi suaminya dalam melukis .  

Terlintas dalam benak Rini dan suaminya untuk berbisnis kaos dalam bentuk yang baru.   pun mulai menapakkan kaki untuk mengelola dunia seni kreatif lukis di kaos.  Ide cemerlang pun datang.  Mereka melihat orang mulai bosan hanya membeli kaos saja.  Walaupun model kaos mengikuti tren tapi ada kecenderungan orang lebih menyukai memakai kaos yang punya nilai tambah.   Nilai tambah dengan cara kreatif itulah yang yang mereka tangkap peluangnya.  

Jika sebelumnya Faiz sering melukis kaos untuk orang lain, bagaimana jika  orang yang membeli kaos dan melukis sesuat yang berarti  di atas kaos.   Nilai kaos yang dibeli menjadi berarti bagi pembelinya karena kreasi pribadi itu menambah nilai yang besar bagi pembelinya.   Pembeli merasa bangga atas kaos dari hasil kreasi lukisannya sendiri.

Iskandar Syahputra sedang melukis: Sumber: Rini Iskandar

  Peluang itu membuat  Faiz dan Rini mencari bahan-bahan sisa-sisa kaos (yang masih baru) berwarna putih  dari dagangannya yang bangkrut (Warung Kaos). Untuk memperkenalkan seni kreatif ‘baru’ yakni melukis dengan media t-shirt sebagai pengganti kanvas.

Namun, usaha ini pun tak berjalan mulus karena masih ada halangan dari internal . Pemodal yang merupakan rekannya sendiri ternyata mengundurkan diri .  Mereka merasa terpukul karena tanpa modal sama sekali tentu usaha tidak dapat berbuat apa-apa. Modal pengganti tak mudah mendapatkannya karena mereka tak punya sesuatu yang berharga untuk dijaminkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline