Kalau malam kian redup disusul angin yang tanpa ragu menyelimuti, dekap erat selendang dengan kumpulan jari jemari meniti.
Di sela-sela rebahan dan tangis yang meringik, mengisi ruang di tengah sunyi yang redup,
Bukan tanpa cahaya
Bukan pula tanpa keringat memanjat doa.
"Semestinya kita menimangnya, dan jangan berisik, wahai angin malam...!"
Desir itu mendesur, merendah di bawah pemecah angin, di bawah ruang aksentuasi, ruang bawah kenangan,
"Aku nyanyikan sebentang doa ya nak...? Agar kelak tiada sedih rupa dan rautmu."
Lelap,
Sepi,
Di antara mata yang lekat,
Menyepi,
Lalu, sebait doa menuju ke langit, dan menyapa seruang cakrawala.
Untuk menyiapkan segala pagi.
Agar tiada lagi sedih.
Di antara timangan ibu.
Rumah Jaga Kali, 2019