Lihat ke Halaman Asli

sukahar ahmad syafii

Freelancer Writer

Guru Honorer dan Kerja Sampingan

Diperbarui: 24 Agustus 2021   21:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tekape.co

PENDAHULUAN 

Persoalan terkait kesejahteraan guru honorer sudah menjadi rahasia umum. Artinya semua orang sangat memahami persoalan ini. Para guru honorer pun rela melakukan demo agar kesejahteraan mereka diperhatikan, minimal pengabdian mereka dihargai dengan diangkat menjadi PNS. 

Media massa dan para tokoh pendidikan pun turut menyuarakan perihal ini. Namun belum ada solusi dari pemerintah yang benar-benar dapat memberikan ketenangan psikologis guru honorer ini.

Saat ini, jumlah guru di Indonesia sebanyak 3.357.935. Terdiri dari guru yang berstatus PNS 1.607.480, dan non PNS atau honorer 1.750.455. Angka ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh guru kita berstatus sebagai honorer yang secara kesejahteraan jauh dari guru yang berstatus sebagai PNS.

Kurang meratanya penyebaran guru PNS di daerah-daerah mengakibatkan beberapa daerah di Indonesia kekurangan pengajar, sehingga sekolah di daerah tersebut harus mengangkat pengajar Non PNS dengan honor dari dana sekolah yang bersangkutan. 

Hal inilah yang menyebabkan ketimpangan sosial, karena secara tugas, fungsi dan kewajiban guru honorer sama dengan guru PNS, namun secara hak kesejahteraan berupa gaji sangat jauh berbeda. Dan itulah yang memaksa mereka untuk melakukan pekerjaan sampingan guna memenuhi kebutuhan ekonomi mereka.

PENGABDIAN UNTUK NEGERI TERCINTA

Gelar pahlawan tanda jasa memang sangat relevan disematkan kepada sosok guru. Bagaimana tidak, seorang yang menyandang gelar guru, tentu akan menghabiskan seluruh hidupnya untuk mengabdi kepada negeri ini dengan menciptakan generasi-generasi berprestasi kebanggaan negeri. 

Sekarang para orang-orang yang telah mereka didik menjadi orang-orang sukses di negeri ini, namun nasib mereka tidak jauh berbeda dengan saat pertama kali orang-orang sukses tersebut menjadi muridnya. Hidup pas-pasan, kerja serabutan.

Saya adalah anak seorang guru honorer, Ayah adalah guru SDN Sonorejo 1, sebuah desa kecil yang terletak di kecamatan winong kidul, Pati, Jawa Tengah. Jarak rumah kami dengan tempat mengajar ayah sekitar 10 km, jarak yang bisa terbilang jauh. 

Ayah menempuhnya dengan menggunakan sepada jengki sehabis shalat subuh. Pulang mengajar sekitar jam 2 siang, Ayah tidak langsung pulan ke rumah, namun pergi ke sawah untuk ngarit (mencari rumput) untuk pakan sapi di rumah. Tiba di rumah sekitar jam 4 sore. Setelah membersihkan badan, Ayah kembali menaiki sepeda jengkinya untuk berjualan getuk berkeliling desa hingga malam. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline