Lihat ke Halaman Asli

Tak Ada Salahnya Kita Bersatu

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

RUU Pilkada yang baru saja disahkan oleh wakil rakyat beberapa hari lalu, menuai kecaman dari kelompok masyarakat yang memiliki cara pandang yang berbeda. Usulan Pemilukada agar dilaksanakan secara tidak langsung, sejak awal menjadi polemik didalam masyarakat. Pro dan kontra muncul tatkala beberapa golongan masyarakat menganggap usulan pilkada tidak langsung hanya akan membredel hak suara rakyat yang notabennya merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam suatu bangsa. Kekhawatiran akan kembalinya masa dimana system Negara ini, kembali layaknya masa 10 tahun silam. Tak salah jika hal tersebut dikhawatirkan namun tak salah jika kita bersikap optimis bahwa yang lalu berbeda dengan sekarang.

Perisitiwa 1998 yang melanda Indonesia diibaratkan sebagai sebuah penyakit malaria. Penyakit yang umum namun mematikan. Diibaratkan bahwa pada tahun 1998 silam, Indonesia adalah sebuah bayi yang baru memasuki masa anak-anak. Tak salah jika kita menganggap Indonesia masih memiliki system imunitas tubuh yang belum stabil. Layaknya tubuh seorang anak-anak yang berbeda senjang dengan daya system kekebalan tubuh yang dimiliki oleh seorang anak dewasa.

Berjalannya sistem pemerintahan Indonesia dari Orde Baru, reformasi hingga saat ini, telah memberikan banyak pembelajaran bagi putra-putri bangsa. Pengalaman jatuh bangun dilanda krisis, segala tindakan yang melegitimasi pemerintah, perselisihan antar Negara dan lain-lain telah kita rasakan sejak periode 1998 bergulir.

Kita bangsa yang besar, cerdas, berintegritas dan pancasilais harus bangga dengan apa yang kita miliki. Tuangkan rasa optimis kedalam cita-cita dan percaya bahwa durasi 10 tahun kebelakang merupakan momen bagi kita untuk belajar menjadi lebih dewasa. Kita bangsa yang plural, kuat namun percuma apabila kita selalu mempermasalahkan apa yang telah diputuskan. Sikap kedewasaan dari segala golongan masyarakat untuk menerima keputusan atau bahkan kekalahan dirasa terlalu mendramatisir dan mirip seperti benang kusut.

Mengapa kita bangsa yang besar tidak dapat menjalankan demokrasi murni layaknya Amerika. Politik memang sebuah kekuasaan, yang menjadi rahasia umum bahwa politik itu mematikan. Apa gunanya kita berpolitik apabila tujuannya hanya untuk memenuhi kepentingan segelintir kelompok saja. Apa gunanya berpolitik apabila falsafah bangsa dilupakan. Apa gunanya berpolitik kalau tidak ada niatan untuk memajukan ibu pertiwi. Kapan kita bersatu, kapan kita bersama, dan kapan kita menerima segala keputusan rakyat. Ini kah bangsa Indonesia? Berani berpolitik namun tidak bersedia menerima sebuah kekalahan. Kapan kita bersatunya?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline