Lihat ke Halaman Asli

Akhlis Purnomo

TERVERIFIKASI

Copywriter, editor, guru yoga

Wabah Depresi di Masa Pandemi

Diperbarui: 30 November 2021   01:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi depresi (Sumber: kitzcorner via lifestyle.kompas.com)

Hampir 2 tahun kita bergelut dengan pandemi Covid-19. Tingkat vaksinasi makin membaik di seluruh dunia tetapi yang patut diwaspadai ialah gelombang kenaikan kasus yang tampaknya masih akan terjadi.

Pandemi Covid-19 memang tidak bisa diremehkan tapi ada pandemi lain yang lebih jarang dibahas tapi juga sama krusialnya untuk ditangani: wabah krisis kesehatan mental.

Tak cuma orang dewasa dan lansia, kini makin banyak anak-anak dan remaja yang juga menderita depresi dan kecemasan berlebihan terutama di masa pandemi. 

Hal ini ditemukan dari hasil studi University of Calgary yang dipublikasikan tahun ini di jurnal medis JAMA Pediatrics.

Sebanyak 80 ribu lebih muda-mudi di seluruh dunia diteliti terkait kondisi dan kesehatan mental mereka. Dan yang mengejutkan ialah ditemukannya gejala-gejala depresi dan kecemasan berlebihan yang meningkat hingga dua kali lipat pada anak-anak dan remaja dibandingkan dengan masa sebelum pandemi Covid-19 melanda dunia.

Gejala-gejala depresi pada anak dan remaja ini diperkirakan mungkin sudah 'menjangkiti' sekitar 25% generasi muda global. 

Sementara itu, seperlima dari generasi muda ini juga diperkirakan mengalami peningkatan gejala kecemasan yang bisa didiagnosis secara klinis (bukan 'diagnosis' sendiri). 

Yang mencengangkan, jika dibiarkan tanpa intervensi atau penanganan yang tepat, bisa terjadi akumulasi akibat depresi dan kecemasan berlebihan ini pada anak-anak dan remaja yang seharusnya bisa menikmati kualitas kehidupan yang lebih baik. Tentu ini sebuah fenomena yang tragis dan harus segera ditangani dengan secepatnya.

Studi ini melibatkan para subjek yang tinggal di kawasan Asia Timur, Eropa, Amerika Utara, Amerika Tengah dan Amerika Selatan serta kawasan Timur Tengah.

SEKALI SEUMUR HIDUP

Yang menarik tingkat stres dan depresi anak-anak muda ini bisa berfluktuasi bergantung pada kebijakan pembatasan skala besar yang diberlakukan pemerintah. 

Begitu levelnya naik dan pembatasan dilakukan secara lebih ketat dan tegas, otomatis hal itu memicu penurunan kesehatan mental anak-anak muda secara umum.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline