Lihat ke Halaman Asli

Wuri Handoko

TERVERIFIKASI

Peneliti dan Penikmat Kopi

Puisi: Hujan yang Kemarau

Diperbarui: 17 November 2021   18:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Puisi : Hujan Itu Kemarau. Sumber: Merdeka.com

Hujan itu kemarau.
Saat kau menunggunya,
dengan rindu yang gersang

Bila kau merasakannya,
dengan hati yang risau

Jika kau bermandi telanjang,
memasang bidang dadamu
dengan amarah

Hujan tetap kemarau,
karena kau tampung derasnya
dengan secawan kegetiran 

Jika kau rasakan rintiknya
yang dingin, namun api
di kepalamu, kau biarkan
menyala-nyala

Tapi kemarau itu hujan,
ketika kau angkat
kedua tangan dan wajahmu
ke langit, lalu menunduk 
dan merapatkannya ke bumi

Hujan dan kemarau itu,
pergantian musim belaka
semua tergantung caramu
memandang langit dan matahari

Sebenarnya,
hujan tetaplah hujan
kemarau tetaplah kemarau
keduanya tak saling menyakiti
apalagi saling meniadakan

Hujan dan kemarau saling menghidupi
karena keduanya titisan ruh dari langit

Hanya satu bertukar waktu
dalam rindu-rindu
yang sukma

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline