Lihat ke Halaman Asli

Wuri Handoko

TERVERIFIKASI

Peneliti dan Penikmat Kopi

Puisi: Jejak Masa Meniti Semesta

Diperbarui: 28 Juli 2021   21:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Puisi : Jejak Masa Meniti Semesta. Sumber : kabar madura.id

Malam masih menggantung di penghujungnya, dalam kecemasannya menunggu pagi yang tak sabar menggantikannya. 

Langit masih memerah karena jejak purnama yang masih tertinggal. Jejak yang enggan beranjak, meski cahaya mentari menanti hendak. 

Cahaya langit berpendar diantara jingga purnama dan kemilau pagi. Semesta mengajarkan tentang menerima segala kuasa. Diantara semua rasa yang tercipta. 

Kita adalah anak manusia yang lahir dari semesta. Yang hadir karena titah yang dihidupkan nirwana kepada jagat raya. Mayapada dalam ilusi dan imaji yang dijejak masa, di bumi. 

Kita adalah perjalanan masa meniti jejak matahari hingga senja yang ditinggalkannya. Kita adalah perjalanan masa yang meniti jejak rembulan hingga menghilang,  lalu berganti pagi. 

Kita adalah jejak masa yang mengalir, hadir dan hidup dalam keterasingan. Kita juga jejak zaman yang hiruk pikuk memaknai waktu yang tak pernah tentu. 

Kita darimana, hendak kemana adalah pertanyaan-pertanyaan semu yang tak pernah terjawab waktu. Kita hanya tahu purnama hidup dalam malam, dan cerlang surya mengantar pagi. 

Kita adalah anak manusia yang lahir dari rahim masa. Hanya menapaki jejak masa, meniti semesta, dan kembali kepada Sang Maha Raya. 

Mas Han. Manado, 28 Juli 2021




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline