Lihat ke Halaman Asli

Wulan Puspita

Mahasiswi Universitas Jember 2018

Peran Mahasiswi KKN BTV III Atasi Keterlambatan Anak dalam Membaca pada Usia 7 Tahun

Diperbarui: 2 September 2021   00:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1. Saat menjalankan tahapan belajar/dokpri

 Pandemi Covid-19 tentunya berdampak terhadap banyak bidang di Indonesia salah satunya terhadap bidang pendidikan. Dengan adanya pembatasan interaksi antara guru dan murid melalui sekolah online tentunya menyebabkan problematika apabila guru dan murid tersebut belum bisa menguasai teknologi. Selama sekolah online ini tidak bisa dipungkiri bahwa kecerdasan anak tentunya terpengaruhi karena pembatasan interaksi tersebut.

Melalui wawancara yang dilakukan didesa Tegalgede banyak orang tua yang mengalami keresahan sebab anaknya yang telah menginjak usia 7 tahun di bangku SD kelas 2 belum bisa membaca. 

Pada umunya, usia 6-7 tahun adalah tahap dimana anak mulai mahir dalam membaca. Menurut ibu Tika selaku salah satu orang tua didesa Tegalgede, sekolah online yang telah berjalan hampir 2 tahun ini menyebabkan anaknya kesulitan dalam membaca karena kurang diasah. 

Terlebih lagi, guru SD saat sekolah online hanya memberikan sedikit penjelasan tentang materi melalui Whatsapp messenger dan guru tidak mengetahui mana saja anak yang belum bisa membaca.  

Berdasarkan permasalahan tersebut, saya selaku mahasiswi Universitas Jember akan mengabdi dan membantu masyarakat melalui program KKN Back To Village 3 2021. Tematik yang akan saya usung untuk membantu pemasalah tersebut adalah Program Literasi Desa Pada Masa Pandemi Covid-19.

Permasalahan tidak mahir membaca tentunya bisa dipengaruhi dengan metode belajar yang salah sebab seberapa besar dampingan orang tua maupun guru untuk anaknya, jika metode belajar tidak sesuai dengan anak maka anak tersebut tetap saja tidak bisa membaca.  

Oleh karena itu, sebelum memulai mengajari anak ada baiknya melakukan pendekatan untuk memahami karakter, sifat dan cara belajar anak.  Melalui pendekatan tersebut, kita dapat mengetahui apa saja yang menyebabkan anak terlambat membaca. 

Pendekatan ini sangat efektif dilakukan karena anak mampu belajar dengan cepat sesuai dengan karakter anak. Setelah melakukan pendekatan tersebut saya mulai melakukan beberapa tahapan metode belajar seperti:


Pada tahapan pertama yang perlu dilakukan adalah mengajari anak hal-hal sederhana agar mau membaca. Seperti belajar mengeja secara singkat dan membacakan dongeng bergambar sambil menunjuk setiap huruf agar anak mengenal kata-kata tersebut. Membacakan dongeng ini juga berguna untuk menumbuhkan budaya literasi anak.

Pada tahapan kedua agar anak tidak merasa bosan dengan pelajaran membaca, maka harus menyelingkan waktu untuk belajar penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian melalui soal bacaan. Soal bacaan ini untuk mengarahkan anak agar mengulang apa yang telah dibaca dari soal tersebut sehingga anak lebih terbiasa mengenal kata-kata. Belajar hitungan ini dilakukan pada hari yang berbeda-beda setelah belajar membaca agar anak merasakan hal-hal baru setiap harinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline