Lihat ke Halaman Asli

Wira Ramasiwi

Tidak good, lu-King

Puasa-Ber-Puisi

Diperbarui: 5 Juni 2021   20:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi. Jpg

Hawa yang kerap kali berminat memakan hasrat,
Mungkin tak sanggup jua mengisi diksi yang ketat,
Nafsunya itu lah yang mungkin kian menjerat,
Akan keadaan bulan ifah yang berkarat.

"Apakah aku tertidur di pendamparan yang sunyi?"
"Apakah bernapas disamping jenazah itu disebut sombong?"
Tentunya pembaringan itu tak lagi suci,
Dan sungguh penantian yang dinantikan bila anda kolong.

Ibadah ber-puisi sangat penting agar sempurna,
Bak dirimu yang bersamaku kelak mendiami nirwana,
Malam nirmala yang sangat di nanti semua umat
Bak dirimu yang dikutip semua senja.

Tiga belas jam tiga puluh menit menjadi saksi bisu,
Tanpa kamu sangka sakit pembuluh itu menjadi redup,
Tiga ratus enam puluh lima hari aku mendambamu,
Tanpa kamu sangka kamu perlahan mulai luluh.

Bicara soal petasan, terkadang aku teringat mutan.
Gara-gara insan,  terkadang kita merasa sangat instan.
Pura-pura ringan, terkadang daku teringat makan siang.
Buta-buta panangan, terkadang kita merasa nyaman.

Tiap detak di setiap detik aku mulai membuat rima,
Dengan alur yang seakan-akan semuanya sempurna,
Beberapa amanat sudah ter-alamat kan,
Dengan bahasa-bahasa yang bermajas hina.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline