Lihat ke Halaman Asli

Wilda Ismi Azizah

Agribisnis/ FAPERTA/ UNEJ

Trend Budidaya Jagung: Potensi dan Kendala di Kabupaten Jember

Diperbarui: 12 Oktober 2020   18:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

indeksberita.com

Jagung merupakan salah satu jenis tanaman biji-bijian dari keluarga rumput yang cukup popular di dunia. Selain itu, tanaman jagung merupakan jenis tanaman pangan dengan produksi kedua terbesar setelah komoditas padi di Indonesia (Warisno, 1998). Jagung juga tanaman yang dipilih untuk program diversifikasi pangan lokal guna meningkatkan ketahanan pangan. 

Akhir-akhir ini, komoditas jagung cukup menjadi sorotan pada bidang pertanian. Hal ini disebabkan oleh data hasil produksi benih jagung dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang signifikan dan hasil produksi yang jauh lebih tinggi dari pada produksi komoditas kedelai pada musim kedua. 

Selain itu, pengembangan teknologi model Climate  Smart Agriculture (CSA) mendukung teknik usahatani jagung terus berkembang dengan pesat (Kurniawan, 2020). Berdasarkan data Statistik Pertanian  (2020), produksi benih jagung hibrida dari tahun 2015 hingga 2019 tertinggi secara berturut-turut terdapat di Provinsi Jawa Timur, yakni 39.677,12 ton, 44.068,30 ton, 48.462,85 ton, 73.953,85 ton, dan 30.280 ton.

Gambar 1. 5 Kabupaten dengan Produksi Jagung Tertinggi di Provinsi Jawa Timur

Kabupaten Jember merupakan salah satu daerah dengan produksi jagung yang cukup besar di Jawa Timur. Berdasarkan data BPS Jawa Timur (2018), Jember mampu memproduksi benih jagung sebanyak 498.644 ton dengan luas areal tanam seluas 60.749 Ha. 

Memasuki musim tanam kedua pada tahun 2020, mayoritas petani di Kabupaten Jember mengusahakan komoditas jagung pada lahannya. Menurut beberapa informan, pemilihan komoditas jagung dalam usahatani disebabkan oleh kondisi iklim di Kabupaten Jember yang tidak terprediksi dan harga jagung yang cukup bagus. 

Adapun data curah hujan yang terjadi di Kabupaten Jember pada awal periode musim tanam kedua semakin rendah, sehingga petani tidak mengambil resiko usahatani apabila memilih menanam padi. Menurut Badrik (49) menyebutkan bahwa musim tanam kedua kali ini mengalami kemunduran sejauh 2 bulan lamanya. 

Di satu sisi, komoditas jagung memang berpotensi untuk memenangkan pasar. Hal ini disebabkan oleh harga komoditas jagung per tanggal 7 Oktober 2020 dinilai cukup bagus. Adapun harga jagung sumenep adalah sebesar Rp.3.300 (naik 3,1%), jagung sampan sebesar Rp. 4.600 bahkan jagung Tasikmalaya tembus hingga Rp. 4.700 (Bappebti, 2020).

Sumber: Situs bappebti.go.id

Gambar 2. Harga Jagung di Beberapa Wilayah Indonesia

Sumber: Situs bappebti.go.id

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline