Lihat ke Halaman Asli

Widya Silaban

Mahasiswa

Implikasi Budaya yang Ditampilkan dalam Film "Cek Toko Sebelah" dan "Yowis Ben"

Diperbarui: 14 Desember 2020   19:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kali ini kita akan membahas mengenai implikasi budaya yang ditampilkan dalam kedua film Indonesia di atas.  

Film merupakan salah satu produk dalam bidang komunikasi massa yang sangat penting perannya dalam kehidupan sosial masyarakat. Film dapat menjadi produk yang bermanfaat dan memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Film dapat berguna sebagai sumber informasi, sarana untuk menghibur maupun mempersuasi jutaan orang secara bersamaan (Vivian,2008). Untuk itu, setiap pesan-pesan dapat dilihat dari alur cerita, dialog, maupun visualisasi yang ditampilkan.

Dalam film tentunya terdapat pesan-pesan baik secara langsug maupun tidak langsung yang ingin disampaikan. Pesan-pesan inilah yang nantinya berguna bagi masyarakat. Menurut Effendy (2003) sebagai suatu media komunikasi massa, film menyampaikan pesannya melalui media yang bersifat audio visual. Dengan ini, setiap penonton dapat melihat dan mendengar apa saja yang ditampilkan dalam film.

Teori media dan budaya merupakan suatu kesatuan yang dapat merepresentasikan penerapan unsur-unsur budaya dalam perfilman. Media yang diartikan sebagai bentuk maupun saluran yang digunakan untuk menyampaikan suatu informasi dan pesan dalam konteks ini dimaksudkan sebagai film itu sendiri yang adalah sebuah wadah untuk menyalurkan pesan yang terdapat unsur budaya di dalamnya.

Cek Toko Sebelah (2016) dan Yowis Ben (2018) merupakan contoh dari banyaknya film Indonesia yang mengangkat mengenai budaya tertentu. Dari kedua film tersebut kita dapat menganalisis teori budaya yang ditampilkan di dalamnya dengan menggunakan analisis teks.  Untuk film Cek Toko Sebelah menampilkan etnis Tinghoa dan Yowis Ben menampilkan etnis Jawa. Kita menggunakan film untuk melihat hubungan antara unsur budaya dan media di dalamnya.  

Cek Toko Sebelah (2016)

cek-toko-sebelah-5fd7535a8ede482fd976c9f2.jpg

Cek Toko Sebelah merupakan salah satu film komedi garapan Ernest Prakassa yang  menceritakan suatu keluarga yang beretnis Tionghoa. Keluarga tersebut terdiri sang ayah yaitu Koh Afuk serta kedua putranya Yohan (anak pertama) dan Erwin (anak bungsu), sedangkan sang istri dari Koh Afuk yang diceritakan banyak berkontribusi pada usaha toko grosirnya tersebut telah meninggal.

Fokus dari film ini adalah terjadinya konflik antara orang tua dan anak-anaknya yang ternyata memperlihatkan adanya unsur budaya di mana terdapat anak yang ingin mengejar cita-cita dan ada pula yang berniat meneruskan warisan keluarga berupa toko kelontong.

024067000-1482381077-cek-toko-sebelah-2-5fd75397d541df34bb609042.jpg

Hal ini sesuai dengan adanya stereotip yang melekat pada etnis Tionghoa yaitu walaupun seseorang memiliki pendidikan yang tinggi, pada akhirnya ia akan diminta untuk mengurus dan meneruskan bisnis keluarga.

Seperti yang ditampilkan dalam dialog Koh Afuk yaitu “Win, papah udah ngga bisa lagi ngurusin toko. Papah pengen kamu jadi penerus papah urusin toko”. Dialog lain yang ditampilkan yaitu “Papah ingin kamu nerusin apa yang papah dan mama bangun dari nol”

adegan-cek-toko-sebelah-20170105-003-rita-5fd753a6d541df351e5a79d2.jpg

Dialog di atas memperlihatkan bahwa Koh Afuk sangat menharapkan agar anaknya mau untuk meneruskan bisnis keluarganya yang sudah lama ia bangun. Koh Afuk merasa bahwa usaha ini harus terus diteruskan karena menurutnya hal ini baik demi masa depan anak-anaknya.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline