Lihat ke Halaman Asli

Widya Apsari

TERVERIFIKASI

Dokter gigi, pecinta seni, pemerhati netizen

Tuhan Boleh kah Saya Minta Hapuskan Saja Agama?

Diperbarui: 2 Januari 2020   19:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto dokumentasi pribadi

Natal sebentar lagi tiba, kami generasi cucu bersiap menyambut sukacita natal dengan menghias pohon natal bersama-sama di rumah eyang, bergantian kami memasang bola kelap-kelip,  boneka santa, boneka malaikat dan tidak ketinggalan hiasan bintang di puncak pohon natal. Kakak sepupu saya membantu memasangkan lampu hias di sekeliling pohon natal, dan inisiatif memberikan hiasan kapas di pohon natal, pura-puranya salju katanya. Pohon natal eyang tampak sangat cantik. 

Saya memperhatikan eyang beserta om dan tante, serta sepupu saya bersiap pergi ke kebaktian Natal. Mereka berdandan sangat rapih, terutama eyang putri, memakai kebaya dengan pandanan jarik dan selendang yang  terlihat sangat anggun, serasi dengan kondenya yang digulung dengan memakai sambungan rambut. Kata ibu saya, sambungan rambut itu adalah rambut asli eyang yang dikumpulkan setiap sisiran. Eyang putri terlihat sangat anggun.

"Sari, bantu nyapu ngepel gih!", teriak ibu saya dari dapur. "biar nanti pas pada pulang dari gereja rumah udah bersih!"

Hari Raya Natal adalah hari yang saya tunggu-tunggu setiap tahun, selain karena libur sekolah, di hari natal ini juga waktunya saya berkumpul dengan saudara sepupu yang usianya relatif berdekatan. Permainan favorit saya adalah main kartu remi dan juga petak umpet. lebih dari 10 orang cucu eyang berlarian di dalam dan di halaman rumah eyang, kami menikmati permainan yang memang baru bisa kami lakukan 1 tahun sekali ketika berkumpul bersama. 

***

Sama dengan Natal, Hari Raya Lebaran juga menjadi hari libur yang saya nantikan sewaktu kecil, karena di hari itu saya bebas dari kegiatan nyapu ngepel di rumah eyang kakung. Saya ikut ibu bapak om dan tante untuk Sholat Ied di lapangan, lalu pulang-pulang rumah eyang kakung sudah bersih, makanan hidangan lebaran sudah berjejer di meja makan, dan tentunya ada eyang kakung di kursi kebesarannya menunggu ritual sungkeman.

Ritual sungkeman ini menjadi ritual tahunan yang sangat sakral, semua saudara, tidak memandang agama apa yang kami anut, kami semua duduk di lantai, bersimpuh di paha eyang kakung secara bergantian, memohon maaf dan berkat di momen Idul Fitri. 

***

"bahagia dan damai" 2 kata yang saya bisa sebutkan setiap kali saya mengingat masa kecil saya. Masa kecil yang bahagia menikmati moment Hari Raya Natal dan Lebaran.

***

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline