Lihat ke Halaman Asli

Widi Kurniawan

TERVERIFIKASI

Pegawai

Membangun Pertemanan Sehat, Mengatasi Toxic Friendship

Diperbarui: 10 Desember 2020   22:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Bagaimana seandainya kita memiliki toxic friendship atau hubungan pertemanan yang merugikan? Tentu saja yang muncul dalam hubungan pertemanan ini hanyalah efek negatif dan berpotensi membuat dampak lebih buruk jika terus dibiarkan.

Pertanyaan tersebut menjadi salah satu bahasan utama dalam sesi "Konsultasi Cara Bergaul yang Sehat" bersama psikolog Marissa Meditania yang digelar secara daring di panggung Pameran Karakter Virtual, Kamis (10/12/2020).

Sesi tersebut merupakan bagian dari rangkaian acara Pekan Untuk Sahabat Karakter (PUSAKA) 2020 yang diselenggarakan oleh Pusat Penguatan Karakter (Puspeka), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dari mulai tanggal 10 hingga 12 Desember 2020. Tema besar yang diusung pada PUSAKA 2020 adalah "Generasi Cerdas Berkarakter, Indonesia Maju Bermartabat".

Istilah toxic friendship memang tengah menjadi tren belakangan ini. Sebuah keniscayaan ketika seiring perubahan zaman, maka makin beragam pula pola gaya hidup dan pola pertemanan di kalangan generasi muda.

"Ketika pertemanan sudah menjurus ke toxic, kita bisa mulai membatasi hubungan tapi tidak menghilangkan hubungan. Dibatasi tapi tidak diputus," ujar Marissa Meditania menanggapi tentang toxic friendship.

Marissa menambahkan bahwa ketika kita terjebak dalam sebuah toxic friendship, tentu  harus lebih berhati-hati, karena berada dalam hubungan yang tidak sehat bisa menimbulkan stres, cemas, sedih dan perasaan tidak nyaman lainnya.

Bahkan, tak menutup kemungkinan bisa menjurus ke perbuatan negatif seperti penyalahgunaan narkoba, seks bebas hingga masalah akademik.

Lalu bagaimana membangun pertemanan yang sehat?

Dijelaskan oleh Marissa, sebagai makhluk sosial tentu kita membutuhkan orang lain, termasuk membutuhkan teman. Seorang yang disebut sebagai teman adalah tempat nyaman kita.

Maka berteman secara sehat, akan menimbulkan dampak positif antara lain meningkatkan sense of belonging atau perasaan saling memiliki, membantu mengatasi stres, membuat bahagia dan membantu mengenal diri sendiri.

"Kita bisa menemukan teman yang memiliki kesamaan minat, prinsip, satu tujuan, kedekatan jarak, dan pengalaman yang sama," ujar Marissa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline