Lihat ke Halaman Asli

Widi Kurniawan

TERVERIFIKASI

Pegawai

Hari Kebangkitan Nasional, Kok Gitu-gitu Aja?

Diperbarui: 20 Mei 2020   04:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana saat upacara Hari Kebangkitan Nasional (sumber: biroumum.kemdikbud.go.id)

Hari Kebangkitan Nasional setiap tahunnya selalu diperingati dengan upacara bendera di sekolah-sekolah dan instansi pemerintah. Kecuali tahun ini saja yang belum ketahuan kabarnya gara-gara pandemi Covid-19.

Ya mosok mau upacara dengan jaga jarak minimal antar orang 2 meter? Bayangkan berapa luas lapangan upacara yang dibutuhkan. Belum lagi petugas pengerek benderanya, kan repot baris berbaris dengan jarak dua kali lencang kanan. Aya-aya wae.

Eniwei, di setiap upacara pasti ada sambutan resmi. Intinya mengajak hadirin sekalian untuk menjadikan momentum kebangkitan nasional ini untuk bla.. bla.. bla.. Duh, terus terang dari sekian banyak upacara yang saya ikuti sejak jaman sekolah, kok isi sambutannya tidak pernah masuk di kepala saya. Blank.

Demikian juga spanduk-spanduk atau baliho gede yang dipasang di berbagai kantor dan di sudut jalanan demi menyemarakkan Hari Kebangkitan Nasional. Sekali lagi, saya sukar memahami artinya.

"Mengukir Makna Kebangkitan Nasional dengan Mewujudkan Indonesia yang Bekerja Nyata dan Berkarakter," demikian bunyi salah satu spanduk.

Artinya apa coba? Mungkin otak saya memang nggak nyampai, jadi tidak bisa memahami bahasa dewa macam itu. Sedih saya tuh.

---

Hari Kebangkitan Nasional memang tak bisa lepas dari sejarah lahirnya Boedi Oetomo pada tahun 1908. Namun, baru di masa pemerintahan Soekarno-Hatta pada tanggal 20 Mei 1948 diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional (saat itu istilahnya adalah Hari Kebangunan Nasional) yang ke-40 (sumber: historia.id/Hendrie F. Isnaeni).

Latar belakangnya adalah situasi pasca kemerdekaan yang kacau secara ekonomi akibat Belanda yang masih nafsu mengobok-obok negeri ini. Ruwetnya situasi politik, keamanan dan ekonomi saat itu membuat para petinggi negeri merasa perlu sebuah simbol baru persatuan. Maka ditetapkanlah peristiwa berdirinya Boedi Oetomo sebagai tonggak Kebangkitan Nasional guna menyatukan rakyat yang sempat terpecah-pecah.

---

Kini, di era modern, kita tidak bisa menepis anggapan bahwa negeri ini memang butuh bangkit. Bukan ancaman penjajahan lagi yang kita hadapi, tetapi ancaman nyata tak kasat mata dalam bentuk pandemi Covid-19.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline