Lihat ke Halaman Asli

Widi Kurniawan

TERVERIFIKASI

Pegawai

Jangan ke Pangkalpinang, Nanti Rindu

Diperbarui: 30 Maret 2020   20:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Staycation nyaman di Cordela Hotel Pangkalpinang (foto: widikurniawan)

Pangkalpinang bagi para wisatawan bisa menjadi tujuan pelarian yang tepat. Pelarian dari sumpeknya keseharian, atau sekedar menunaikan saran teman fesbuk melalui kolom komentar yang mengatakan:

"Sepertinya kamu butuh piknik."

Ya, banyak orang saat ini memang butuh piknik. Tak bisa ke mana-mana karena adanya pandemi Corona tampaknya membuat kegiatan piknik harus ditunda dulu. Tapi bukan berarti kita tidak bisa piknik sama sekali.

Yuk, kali ini meskipun hanya lewat tulisan, saya ajak anda untuk menjelajah Kota Pangkalpinang dan sekitarnya yang berada di Pulau Bangka. Siapa tahu kelak langkah kaki kita akan terbawa menuju ke sana.

Bagi saya, Pangkalpinang itu asyik. Sudah dua kali saya datang ke Ibu kota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung itu, dan masih pengen lagi. Saya nggak kapok deh.

Pangkalpinang bisa dikatakan komplit sebagai sebuah destinasi wisata. Mau wisata alam ada, mau wisata budaya ada, mau wisata sejarah ada, dan tentunya mau kulineran di Pangkalpinang jelas bikin kita sejenak lupa kalau punya rumah.

Tak perlu buru-buru berkeliling Pangkalpinang atau jika tujuan kita adalah menjelajah daratan Pulau Bangka. Ngopi adalah kegiatan awal yang tak elok untuk dilewatkan. Di Pangkalpinang atau bahkan di seantero Pulau Bangka dan juga Belitung, kita akan mudah menemukan kedai kopi atau dalam istilah lokalnya disebut kopitiam.

Kopitiam memang bersingggungan erat dengan warisan budaya Tionghoa dan Asia Tenggara seperti Malaysia dan Singapura. Maka, nongkrong di kedai kopi atau kopitiam manapun di pelosok Pangkalpinang seolah bisa membawa kita ke dalam nuansa tradisional Tionghoa yang eksotis.

Ragam kuliner lainnya yang bisa kita cicipi adalah pempek, otak-otak, mie ayam bangka, mie koba hingga martabak. Pempek di sini tak kalah dengan pempek di daratan Pulau Sumatera lainnya. Teman akrab pempek biasanya juga selalu menyertai, sebut saja tekwan dan es kacang merah.

"Makan pempek itu cemilan, bukan makan besar," kata rekan saya.

Nah, kalau sudah begini pintar-pintarlah mengatur kuota perut anda, karena sembari jalan-jalan bisa jadi anda kepengen banget belok ke warung-warung legendaris untuk mencicipi kuliner yang tiada duanya. Yup, dari mie ayam hingga martabak, kalau sudah di Pangkalpinang atau Pulau Bangka rasanya jelas beda. Pasti lebih mak nyuss ya mas dan mbak bro.

"Karena kuliner itu sejatinya bukan tentang cita rasa makanan di lidah saja, lebih dari itu anda merasakan suasana dan mencecap sejarah saat menikmatinya," kira-kira demikianlah yang pernah saya tangkap dari seorang ahli kuliner.

Alasan terbesar kenapa saya begitu berkesan serta terkungkung rindu dengan Pangkalpinang dan Pulau Bangka adalah kita bisa menikmati perjalanan wisata tanpa harus mengunjungi tempat-tempat yang seolah dipaksakan menjadi tempat wisata. Destinasi itu adalah the real wisata bagi saya. Ya, mungkin saja saya sudah jenuh dengan tempat yang menyediakan bangku dengan latar belakang bunga dengan lambang 'love', atau tempat ayunan di atas tebing demi memuaskan hasrat berfoto. Ah tidak, untungnya di Pangkalpinang dan Pulau Bangka saya tidak menemukan hal semacam itu.

Jembatan Emas

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline