Lihat ke Halaman Asli

Welhelmus Poek

Foto Pribadi

Seleksi Alam

Diperbarui: 11 Februari 2018   14:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seleksi Alam.

Tadi setelah pulang main futsal, disalah satu lorong Universitas Canberra, saya ketemu seekor burung gagak sedang mematuk seekor burung merpati yang sudah mati. Ternyata setelah saya observasi lebih jauh, ada seekor merpati yang lain juga sudah tidak bernyawa di sudut lainnya.

Saya agak heran, kok ada dua burung merpati yang mati bersamaan di tempat yang sama. Kalau ini perbuatan manusia, bisa dipastikan tidak karena orang-orang disini sangat respek terhadap binatang. Lalu, siapa yang membunuh burung-burung ini? Saya lalu teringat cerita dalam Alkitab tentang burung gagak. "Dasar burung gagak, pasti sudah kehabisan stok makanan, maka kedua merpati ini pun dia sergap " gumanku dalam hati.

Kejadian ini pun juga mengingatkan kita akan kehidupan alam semesta. Ini sudah hal biasa ada peristiwa saling membunuh antar binatang demi mempertahankan hidupnya. Burung gagak termasuk sangat galak dan jahat. 

Setidaknya saat mereka kehabisan makanan, dan saat musim bereproduksi. Manusia bisa diserang tanpa sebab kalau kita dengan, sengaja duduk atau melewati sangkarnya. Kira-kira begitu cerita orang disini. Pun demikian, saya mau katakan bahwa gagak disini sangat-sangat bersahabat. Kita mendekat pun mereka tidak akan pergi, bahkan disaat kita duduk santai, biasanya mereka yang menghampiri kita. Ya, bisa jadi kebiasaan ini muncul karena sikap respek terhadap binatang tadi yang membuat mereka merasa nyaman berkeliaran disini.

Sifat-sifat ini juga sering muncul dalam setiap pribadi kita. Ada orang yang merasa super power, maunya 'mematuk-matuk' orang lain. Tapi ada juga yang sebaliknya. Ada pula yang 'mengawinkan' kedua karakter ini. Dimana, ada saatnya dia 'memangsa' orang lain, bahkan terhadap kawan sekalipun, tetapi dia juga pandai bermain sandiwara. Dia akan mendekat kepada kawan dan bahkan lawan untuk satu tujuan tertentu.

Apapun karakter yang mau ditunjukan, semua itu akan kembali kepada kehendak alam. Alam akan menyeleksi siapa yang pantas hidup aman dan tentram di dunia ini. Saya teringat akan sebuah nasihat kuno 'bila kamu ingin hidup bahagia disuatu lingkungan baru, maka yang wajib kamu lakukan adalah menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut, bukan sebaliknya'.

Canberra, 11 Februari 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline