Mohon tunggu...
Welhelmus Poek
Welhelmus Poek Mohon Tunggu... Konsultan - Foto Pribadi

Welhelmus Poek seorang aktivis NGO yang sangat intens advokasi isu-isu Hak Asasi Manusia terutama hak-hak kelompok marginal, secara spesifik memperjuangkan hak-hak anak muda, gender dan keadilan sosial lainnya. Lahir di Pulau Rote, 17 Juni 1981. Mengawali karir NGO di Plan International Indonesia tahun 2004 hingga 2015. Kemudian bergabung dengan Hivos International tahun 2016 untuk program energi terbarukan di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Tahun 2018-2019 melanjutkan study Master of International Development di University of Canberra. Tahun 2020 kembali bergabung dengan Hivos International untuk program energi terbarukan di Pulau Sumba. Welhelmus juga aktif di Forum Akademia NTT dan masih mensupport aktivitas Institute of Resource Governance and Social Change (IRGSC) Kupang, NTT hingga kini.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Seleksi Alam

11 Februari 2018   14:25 Diperbarui: 11 Februari 2018   14:35 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seleksi Alam.

Tadi setelah pulang main futsal, disalah satu lorong Universitas Canberra, saya ketemu seekor burung gagak sedang mematuk seekor burung merpati yang sudah mati. Ternyata setelah saya observasi lebih jauh, ada seekor merpati yang lain juga sudah tidak bernyawa di sudut lainnya.

Saya agak heran, kok ada dua burung merpati yang mati bersamaan di tempat yang sama. Kalau ini perbuatan manusia, bisa dipastikan tidak karena orang-orang disini sangat respek terhadap binatang. Lalu, siapa yang membunuh burung-burung ini? Saya lalu teringat cerita dalam Alkitab tentang burung gagak. "Dasar burung gagak, pasti sudah kehabisan stok makanan, maka kedua merpati ini pun dia sergap " gumanku dalam hati.

Kejadian ini pun juga mengingatkan kita akan kehidupan alam semesta. Ini sudah hal biasa ada peristiwa saling membunuh antar binatang demi mempertahankan hidupnya. Burung gagak termasuk sangat galak dan jahat. 

Setidaknya saat mereka kehabisan makanan, dan saat musim bereproduksi. Manusia bisa diserang tanpa sebab kalau kita dengan, sengaja duduk atau melewati sangkarnya. Kira-kira begitu cerita orang disini. Pun demikian, saya mau katakan bahwa gagak disini sangat-sangat bersahabat. Kita mendekat pun mereka tidak akan pergi, bahkan disaat kita duduk santai, biasanya mereka yang menghampiri kita. Ya, bisa jadi kebiasaan ini muncul karena sikap respek terhadap binatang tadi yang membuat mereka merasa nyaman berkeliaran disini.

Sifat-sifat ini juga sering muncul dalam setiap pribadi kita. Ada orang yang merasa super power, maunya 'mematuk-matuk' orang lain. Tapi ada juga yang sebaliknya. Ada pula yang 'mengawinkan' kedua karakter ini. Dimana, ada saatnya dia 'memangsa' orang lain, bahkan terhadap kawan sekalipun, tetapi dia juga pandai bermain sandiwara. Dia akan mendekat kepada kawan dan bahkan lawan untuk satu tujuan tertentu.

Apapun karakter yang mau ditunjukan, semua itu akan kembali kepada kehendak alam. Alam akan menyeleksi siapa yang pantas hidup aman dan tentram di dunia ini. Saya teringat akan sebuah nasihat kuno 'bila kamu ingin hidup bahagia disuatu lingkungan baru, maka yang wajib kamu lakukan adalah menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut, bukan sebaliknya'.

Canberra, 11 Februari 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun