Lihat ke Halaman Asli

Cerpen | Misteri Bidadari Kesunyian

Diperbarui: 11 April 2020   04:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

*****

Di atas ketinggian 2.665 meter di atas permukaan laut yang terletak sekitar 70 km sebelah tenggara Kota Bandung. Di sebelah Sang Waktu, mataku terus bergerak menatap ke arah kawah Mas, Kawah Baru, Kawah Nangklak dan Kawah Manuk yang masih terus mengeluarkan uap dari sisi dalamnya.

Di lapis langit kesatu. Di puncak gunung Papandayan, di antara hamparan bunga--bunga keabadian. Di antara hembusan angin yangbertiup kencang yang dinginnya terasa menembus hingga ke  dalamtulang. Di antara kabut yang menyelimuti puncak gunung Papandayan, Aku dan Sang Waktu tengah menatap sesosok tubuh Wanita cantik yang mengenakan jilbab panjang berwarna hitam tengah berjalan  mendekat ketempat dimana Aku dan Sang Waktu tengah berdiri saat ini.

Di antara gunung--gunung  dengan tebing terjal yang menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson termasuk type iklim B, dengan curah hujan rata-rata 3.000 mm/thn, kelembaban udara 70 -- 80 % dan temperatur 10 C ini kutatap wajah Wanita cantik berkulit kuning langsat di depanku sambil mengenggam erat jemari tangannya.

"Di jalan sunyi ini, aku sudah tidak memiliki apa--apa lagi yang pantas untuk Aku tawarkan kepadamu, agar bersedia menerima cintaku ini. Izinkan aku untuk tetap berada di sini. Di jalanmu, di jalan sunyi. Tempat di mana engkau pernah mengajariku arti cinta yang sejati.  Jika engkau ingin pergi. Pergilah... 

Biarkan aku menunggumu di tempat ini. Di jalan sunyi, di tempat aku akan terus menunggumu, hingga nanti ajal kan datang menjemputku di tempat ini."

Di antara angin yang bertiup kencang di tempat ini. Telingaku seperti kembali mendengar kata--kata Wanita cantik berjilbab panjang warna hitam itu beberapa waktu di tempat ini.

*****

"Terima kasih sudah berkenan hadir untuk memenuhi panggilanku di tempat ini," kataku pelan, sambil menatap mata Wanita cantik di depanku.

Wanita cantik berkulit kuning langsat di depanku ini hanya diam, matanya berkaca--kaca, lalu sambil menahan isak tangisnya dia bergerak cepat memeluk erat tubuhku.

"Jangan pernah tinggalkan aku lagi di tempat ini," bisiknya pelan di telingaku. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline