Lihat ke Halaman Asli

Hendra Wardhana

TERVERIFIKASI

soulmateKAHITNA

Menyumbangkan Smartphone Bekas untuk Belajar Jarak Jauh, Mengapa Tidak?

Diperbarui: 21 Agustus 2020   18:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Smartphone bekas (dok. pri).

Kemarin siang saya meninggalkan sebuah tempat perbaikan smartphone sambil menekan sedikit rasa sesal. Ada dua smartphone yang saya bawa pulang siang itu. Keduanya sudah menginap selama hampir delapan hari di tempat perbaikan tersebut.

Sama seperti orang pada umumnya yang berharap akan mendapatkan kabar baik setelah mengunjungi tempat perbaikan alat elektronik, saya pun datang dengan tujuan mendapatkan kedua smartphone lawas itu bisa berfungsi kembali.

Namun, penjelasan sang teknisi jadi kenyataan lain yang harus saya terima dengan lapang dada. "Sudah aku coba bongkar, tapi nggak bisa. Kena mesinnya. Mungkin memang sudah waktunya mati, mas", terangnya.

Sebenarnya saya tidak terlalu kaget mendengar kata-kata tersebut. Saat membawanya untuk diperbaiki saya tahu dua smartphone yang pernah saya gunakan pada rentang waktu 2013-2016 itu memang rusak. Smartphone yang pertama baterainya sudah drop parah. Selain itu layarnya suka mendadak blank. Sementara yang satunya lagi tiba-tiba mati dan tidak bisa hidup lagi ketika terakhir kali saya memakainya.

Keduanya pun saya pensiunkan dan selama bertahun-tahun tergeletak di lemari. Sampai kemudian beberapa waktu lalu saya mengambilnya kembali.

Whatsapp dari seorang teman jadi pemicunya. Teman saya ini memiliki taman bacaan sekaligus tempat belajar anak-anak yang dirintis oleh keluarganya di sebuah desa tak jauh dari lereng Gunung Merapi. Saya pernah beberapa kali mengunjungi tempat itu dan menyaksikan belasan hingga puluhan anak-anak bermain dan mendapatkan pendampingan belajar.

Lewat whatsapp ia  menanyakan apakah saya memiliki smartphone yang jarang terpakai dan bersedia meminjamkan kepadanya untuk digunakan sebagai sarana pembelajaran daring anak-anak di sekitar tempat tinggalnya.

Tentu saja saya katakan punya dua smartphone bekas yang sudah lama tak terpakai. Namun, dua-duanya dalam kondisi rusak.

Saya lalu meminta padanya untuk menunggu beberapa hari karena saya akan membawa dua smartphone itu ke tempat perbaikan terlebih dahulu. Saya tak keberatan menghibahkan dua smartphone tersebut jika keduanya berhasil diperbaiki.

Singkat cerita seminggu kemudian saya mendapat kabar dari tempat perbaikan. "Sudah dicoba beberapa kali nggak ketemu rusaknya di mana", begitu bunyi whatsapp yang saya terima dari teknisi.

Mendapat kabar demikian saya putuskan untuk menyudahi upaya perbaikan. Dua smartphone lawas saya sudah tidak bisa diperbaiki. Saya lalu menghubungi teman saya untuk menyampaikan maaf dan sedikit sesal karena belum bisa meminjamkan smartphone yang dibutuhkannya untuk membantu pembelajaraan daring anak-anak di kampungnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline