Lihat ke Halaman Asli

Kris Wantoro Sumbayak

TERVERIFIKASI

Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

K13 Asyik, Asalkan Gurunya Cerdik

Diperbarui: 9 Agustus 2019   11:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Jacey dengan kreatif membuat penopang bagi kudanya) | dokpri

Suatu hari, di aula salah satu hotel di Salatiga, saya dan seorang rekan mengikuti Pelatihan Kurikulum 2013 selama dua hari. Wuiiiiih, judulnya saja pelatihan. Pasti selesai acara jadi mahir menggunakan kurikulum, dong

Faktanya, tidak. Pelatihan dua hari itu tidak lebih dari presentasi narasumber---yang materinya dengan limpah bisa diunduh di internet, pemberian tugas, dan presentasi kelompok. Saya belum melihat pemerintah daerah ahli dalam K13. Saya justru mendapat kekayaan inspirasi dari rekan-rekan guru di sekolah.

(Hanya) Sejauh itukah peran pemerintah men-training...?

Pembeda Kurikulum 2013 atau Kurtilas atau K13 dengan kurikulum sebelumnya adalah model tematik, pembelajaran berdasarkan tema. Misalnya, kelas 5 SD dalam satu semester membahas lima tema. Setiap tema berisi 3 subtema, masing-masing terdapat enam pembelajaran (1 pembelajaran/hari). Maka, satu tema diselesaikan dalam tiga minggu. Kelihatannya asik, konsep dan materinya sudah tersaji lengkap.

Tematik sendiri memuat beberapa mata pelajaran. Misal:

Pada pembelajaran ke-2 Tema 1, subtema 1 muatan Seni Budaya dan Prakarya, Indikator 3.1.1 adalah Menceritakan cerita yang terdapat pada gambar dan muatan IPA, Indikator 3.1.1 yaitu Menggambar organ gerak hewan. (Ada lagi muatan Seni Budaya dan Kesenian, tidak saya masukkan karena sudah dicakup IPA dan Bahasa Indonesia)

Bisa pembaca bayangkan, berapa lembar Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang harus dicetak. Tak perlu dihitung, saya beritahu: buanyaaaaaak. Indikator ini bersumber dari silabus yang ditetapkan pemerintah, menjadi bahan baku pembuatan RPP. Nah, di era komunikasi saat ini tinggal Googling, Ctrl+C, Ctrl+V, ganti tanggal dan identitas, Print. Beres!

Masalahnya untuk mempraktikkan dalam pembelajaran guru harus cerdik. Muatan yang dibahas sangat banyak, kegiatannya juga. Jika pembahasannya kemana-mana, waktunya kurang. Atau ekstrimnya, waktunya berlebih, jika penyampaiannya monoton siswa jadi cepat bosan. Meminta siswa membaca dan menghafal semua materi? Ayo move on!!!

Meski paling baru, menjadi rahasia umum bahwa K13 tidak relevan dengan Ujian Nasional. Pembelajarannya tematik, tapi tetap tiga mapel yang diuji nasional-kan. Lucunya menteri pendidikan kita. Disintegrasi yang dipupuk. 

Demi menyiasati kondisi itu, bagian kurikulum sekolah saya menjadwalkan mapel di luar tematik yang akan diujikan (Sains, dan Matematika), dan yang menjadi ciri khas kami (Bahasa Inggris, Mandarin dan Bahasa Jawa), sedangkan dalam pembahasan tematik akan dikuatkan muatan Bahasa Indonesia.

Jujur, tiga minggu liburan, satu minggu raker, dua hari dilatih pemerintah, saya masih merasa gentar mengajar tematik. Mampukah saya? Ini juga tahun pertama sekolah kami menerapkan K13. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline