Lihat ke Halaman Asli

Walentina Waluyanti

Menulis dan berani mempertanggungjawabkan tulisan adalah kehormatan.

Menulis Setiap Hari, Mengapa Tulisan Tak Berkembang?

Diperbarui: 3 Desember 2021   02:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi menulis | Sumber: Pexels/Tirachard Kumtanom

Penulis: Walentina Waluyanti

Menulis saja sudah sulit. Apalagi menulis setiap hari. Orang yang paham sulitnya menulis, tidak akan mudah mengucapkan, "Menulis tiap hari, tulisannya kok begitu-begitu saja!"

Kalaupun kalimat di atas diucapkan, tentu ada konteksnya. Paman saya mantan wartawan. Dari muda sampai tua, sudah pensiun, ia terus menulis. Setelah pensiun, setiap hari ia keasyikan menulis di blognya.

Tapi meskipun sudah menulis setiap hari dari muda sampai tua, ia malah diledek saudaranya, "Sudah menulis setiap hari seumur hidup, tulisannya kok begitu-begitu saja sih?"

Ledekan ini secara tersirat bisa berarti, "Sesuatu yang dilakukan setiap hari bukankah seharusnya membuat seseorang semakin mumpuni?'

Paman saya membela diri sekenanya, "Masih mending saya, daripada kalian. Cuma bisa ngomong. Coba kalian nulis setiap hari. Iso opo ora?

Menulis, Pelajaran Seumur Hidup Tanpa Henti

Orang cenderung berekspektasi tinggi terhadap penulis yang sudah berpengalaman, produktif, menulis setiap hari, apalagi kalau sudah memasuki usia "senior".

Tetapi zaman sudah berubah. Faktor usia tidak selalu seiring sejalan dengan keterampilan menulis. 

Kita tahu, banyak penulis berusia muda, kemampuan menulisnya sangat mengagumkan, dengan kematangan yang bahkan bisa saja melebihi penulis sepuh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline