Lihat ke Halaman Asli

Walentina Waluyanti

Menulis dan berani mempertanggungjawabkan tulisan adalah kehormatan.

Kisah Olimpiade di Bawah Kekuasaan Rezim Hitler

Diperbarui: 30 Juli 2021   03:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Hitler menghadiri Olimpiade Berlin. (Sumber: Getty Images).

Penulis: Walentina Waluyanti

Candaan tentang holocaust berujung pemecatan. Itulah yang terjadi pada direktur upacara pembukaan Olimpiade Tokyo 2020, Kentaro Kobayashi. Ia dipecat, karena membuat candaan tentang holocaust dalam acara komedi tahun 1998.

Meskipun gurauan itu terjadi di masa lampau, tapi menertawakan korban genosida adalah candaan yang tak pantas. Gurauan ini dikecam oleh organisasi berbasis HAM di Los Angeles, Simon Wiesenthal Center.

Berkaitan dengan holocaust, Olimpiade pada masa Hitler sebetulnya pernah menunjukkan tanda-tanda janggal, yang di kemudian hari dipahami sebagai pertanda awal akan terjadinya genosida.

Dan memang, hanya 4 tahun setelah Olimpiade Berlin, terjadi genosida terhadap orang Yahudi. Keanehan penyelenggaraan Olimpiade itu sudah terlihat dengan pengucilan dan diskriminasi terhadap atlet Yahudi, terjadi pada Olimpiade Berlin 1936.

Olimpiade Berlin dan Penolakan Hitler pada Atlet Yahudi

Dunia belum menyadari bahwa Hitler diam-diam sedang merencanakan pemusnahan massal (holocaust), saat Olimpiade ke-11 di Berlin diselenggarakan 1-16 Agustus 1936.

Olimpiade Berlin 1936 sangat kental dengan aroma politik. Baru 3 tahun berkuasa, Hitler sudah mengeluarkan larangan. Atlet Yahudi dan atlet kulit hitam dilarang ikut Olimpiade.

Sejak awal, cara rezim Nazi menyelenggarakan Olimpiade sudah kontroversial. Ini memancing perdebatan. Haruskah Olimpiade di Berlin tahun 1936 itu diteruskan atau dibatalkan?

Hitler belum menjadi penguasa Jerman, ketika dikeluarkan keputusan bahwa Berlin akan menjadi tuan rumah Olimpiade. Keputusan dikeluarkan tahun 1931, Berlin menjadi tuan rumah tahun 1936. Tak disangka, Hitler menjadi penguasa tertinggi di Jerman, ketika Olimpiade akhirnya terlaksana di Berlin tahun 1936.

Larangan Hitler yang menolak atlet Yahudi dan kulit hitam, menimbulkan ancaman boikot dari negara-negara lain. Ancaman itu muncul dari negara-negara misalnya Inggris, Perancis, Swedia, Cekoslowakia, Belanda, Amerika Serikat.

Ancaman boikot itu memaksa Hitler untuk sedikit melunak. Dengan ogah-ogahan, Jerman akhirnya mengikutsertakan seorang atletnya yang setengah Yahudi. Kepada IOC, Hitler juga berjanji tidak berpidato selama Olimpiade.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline