Lihat ke Halaman Asli

Walentina Waluyanti

Menulis dan berani mempertanggungjawabkan tulisan adalah kehormatan.

Influencer Milenial dan Influencer Nasionalis

Diperbarui: 22 Mei 2021   11:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Pendiri Organisasi Budi Utomo (kemdikbud.go.id)

Tante Erni adalah pemersatu bangsa. Kalimat ini tidak dimaksudkan untuk melucu. Ini adalah salah satu fenomena khas pada era milenial ini. Yaitu lahirnya para influencer yang menangkap fenomena tertentu dan menyimpulkan dalam satu opini.

Teknologi digital menyebarkan opini dengan cepat. Terbentuklah suatu opini massal. Sesuatu yang sensasional dibicarakan oleh semua orang. Kemudian diberi label secara massal sebagai "pemersatu bangsa".

Meskipun label di atas adalah ekspresi lucu-lucuan massal, namun ini memberi contoh bagaimana para influencer bisa menggiring lingkungan sosialnya. Para influencer umumnya adalah para generasi muda, disebut generasi milenial. Secara bebas, influencer bisa dimaknai sebagai seseorang yang opininya mampu mempengaruhi banyak orang. Sekarang ini, hal ini biasa dilakukan melalui media sosial.

Generasi milenial umumnya lebih berpeluang menjadi influencer. Karena mereka lebih akrab dengan teknologi digital dibanding generasi lainnya. Karena bertumbuh dan lebih akrab dengan dunia teknologi, generasi milenial dan para influencer ini lebih berpeluang untuk menjadi agen perubahan.

Seperti sudah menjadi takdir sejarah, agen perubahan biasanya adalah anak muda. Dan inilah yang terjadi ketika para intelektual muda mulai muncul di Hindia Belanda (belum bernama Indonesia), pada sekitar awal abad ke-20.

Kebijakan Politik Etis yang muncul pada awal abad ke-20 memungkinkan kaum pribumi juga bisa mengenyam pendidikan tinggi.

Politik Etis kemudian melahirkan para "influencer" intelek dari kaum pribumi. Kekuatan khas influencer adalah mampu mempengaruhi lingkungan sosialnya. Kemudian terhimpunlah follower, persis seperti yang dilakukan influencer pada zaman milenial ini.

Dengan kekuatan daya pengaruhnya, para "influencer" muda pada awal abad ke-20 itu dapat mengumpulkan massa. Maka berdirilah kelompok-kelompok pergerakan kebangsaan yang menjadi tonggak kebangkitan nasional. Ini adalah benih-benih awal terwujudnya kemerdekaan Indonesia.

Perkumpulan Budi Utomo yang digagas oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo didirikan oleh anak-anak muda, yaitu Dr. Soetomo dan para mahasiswa STOVIA pada 20 Mei 1908.

Ketika Dr. Wahidin mengatakan bahwa ia akan ke Bandung untuk propaganda dana beasiswa, dijawab oleh Dr. Sutomo, "Hal itu adalah suatu pekerjaan yang baik dan menunjukkan budi yang utama"  Dari percakapan ini, diusulkan nama Budi Utomo. (Sumber: buku "Sukarno-Hatta Bukan Prokamator Paksaan")

Kemunculan Budi Utomo ini bukannya tanpa kritik. Pasalnya, para anggota Budi Utomo ini umumnya adalah kaum bangsawan Jawa. Mereka ini dianggap golongan feodal. Jadi mana mungkin bisa mewakili kepentingan rakyat kecil? Demikian kritik yang terdengar pada masa itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline