Lihat ke Halaman Asli

Wahyu Fadhli

Buku, pesta, dan cinta

Merdeka Belum 100 Persen!

Diperbarui: 17 Agustus 2018   16:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

amirhamzahtwinsboy.blogspot.com

"Harus aku katakan bahwa kita belum merdeka, karena merdeka haruslah 100 persen. Hari ini aku masih melihat bahwa kemerdekaan hanyalah milik kaum elit, yang mendadak bahagia menjadi borjuis. Kemerdekaan hanyalah milik mereka, bukan milik rakyat". (Tan Malaka - Merdeka 100%)

Hari ini, 17 Agustus 2018 Indonesia kembali merayakan hari kemerdekaannya yang ke-73. Sebuah usia negara yang dikatakan sudah harus bisa memliki kemerdekaan yang sesungguhnya bagi setiap rakyatnya. Memiliki kemerdekaan dalam berbagai hal untuk kemajuan negara serta kesejahteraan rakyatnya. 

Usia yang mencapai angka 73 ini diperoleh dari perjuangan-perjuangan yang muncul sejak dahulu. Dimulai ketika Indonesia masih dijajah oleh negara-negara Eropa, hingga dijajah oleh bangsa Asia sendiri. 

Selama beratus-ratus tahun negara ini telah diperbudak-diperkosa, hingga porak poranda. Seluruh hak bernegara dirampas pada saat itu, dan mereka (rakyat) memperjuangkannya demi kembalinya negara yang mereka cintai. Dengan cara apapun mereka memperjuangkan sebuah kemerdekaan. Pertaruhan nyawa, harta, harga diri, demi memerdekakan negara Indonesia.

Sampai akhirnya, tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur, disebuah rumah yang tidak terlalu besar, sebuah rumah pemberian dari pemerintahan Jepang saat itu, Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya melalui wakil-wakilnya. Soekarno dan Hatta yang membacakannya. Dibantu oleh pemuda-pemuda kabar tentang merdekanya bangsa Indonesia terdengar keseluruh negeri hingga keseluruh penjuru dunia. 

Hari itu sebuah bangsa baru telah lahir di kawasan Asia Tenggara. Hari itu Indonesia menyatakan diri bisa berdiri sendiri, menyatakan bahwa tidak ada lagi penjajahan dari negara manapun. Dan menolak bentuk penjajahan berupa apapun.

Saat itu memang benar Indonesia telah merdeka dari bentuk penjajahan. Memerdekaan Indonesia dari perang, tembak-menembak, dan kekerasaan telah berhasil. Hingga saat ini, Indonesia merdeka dari bentuk penjajahan seperti itu. Namun, apakah penjajahan melulu bicara tentang perang dan tembak-menembak? 

Apakah merdeka yang dimaksud adalah merdeka dari suara desingan peluru dan lesatan rudal? Alangkah teramat rendah rakyat Indonesia jika memaknai kemerdekaan seperti itu. Tugas orang-orang terdahulu telah usai. Memerdekaan Indonesia dari bentuk penjajahan seperti tadi, dan mereka sekarang sudah tenang di surga. Lantas bukan berarti perjuangan mereka berhenti. 

Sebab bentuk-bentuk lain dari penjajahan masih mengekor hingga zaman modern ini. Bukan tarikan pelor senapan kaliber panjang, bukan pula letupan granat dimana-mana. BIcara penjajahan sekarang tidak bicara perihal seperti itu.

Di zaman modern ini, rasanya Indonesia masih belum merdeka 100 persen. Masih ada bentuk-bentuk penjajahan imperialisme dan kolonialisme yang lain. Sedangkan merdeka yang sesungguhnya yaitu merdeka dengan cara kita sendiri. Dengan terwujudnya keadilan rakyat, kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 

Masih dijumpai di jalan-jalan ketika ada iring-iringan pejabat negara, menaiki mobil mewah dengan kacanya sedikit terbuka sambil tangannya melambai ke orang-orang tanpa ia sadar bahwa yang dilambaikan tangan itu sedang mengais makanan dari tempat sampah. Orang-orang yang miskin selalu miskin, dan si kaya juga bertambah kaya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline