Lihat ke Halaman Asli

Wahyu Aprilia

Mahasiswa Universitas Airlangga

Peran dan Strategi Regulasi Emosi pada Mahasiswa dalam Meningkatkan Kesejahteraan Mental dan Kesuksesan Akademik

Diperbarui: 31 Mei 2023   13:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Regulasi emosi merupakan hal yang penting bagi mahasiswa karena memiliki dampak signifikan terhadap kesejahteraan mereka secara keseluruhan. Mahasiswa sering menghadapi berbagai tuntutan akademik, tekanan sosial, dan perubahan hidup yang dapat memicu berbagai emosi seperti stres, kecemasan, kekecewaan, dan frustrasi. Oleh karena itu, memiliki kemampuan yang baik dalam mengatur dan mengelola emosi sangat penting dalam menjaga keseimbangan mental dan kesuksesan akademik.

Pertama, regulasi emosi membantu mahasiswa dalam mengatasi stres. Tekanan akademik, tenggat waktu, dan tuntutan prestasi yang tinggi dapat menyebabkan stres yang berlebihan. Dengan mengatur emosi mereka, mahasiswa dapat menurunkan tingkat stres dan menjaga keseimbangan mental mereka. Mereka dapat mengembangkan strategi seperti mengatur waktu dengan baik, mengidentifikasi tugas yang mendesak, dan mengambil istirahat yang cukup untuk mengelola stres dengan efektif.

Kedua, regulasi emosi membantu dalam mengatasi kecemasan. Mahasiswa seringkali menghadapi tekanan sosial, seperti presentasi di depan kelas, ujian, atau pertemuan dengan dosen atau teman sekelas. Mengatur emosi mereka dapat membantu mengatasi kecemasan yang mungkin timbul sebelum, selama, dan setelah situasi yang menegangkan. Mereka dapat menggunakan teknik pernapasan atau visualisasi untuk menenangkan diri mereka sendiri dan mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapi tantangan tersebut.

Selanjutnya, regulasi emosi membantu dalam mengelola emosi negatif seperti kekecewaan atau frustrasi. Mahasiswa mungkin mengalami kekecewaan ketika mereka tidak mencapai hasil yang diharapkan atau mengalami kegagalan. Dalam situasi seperti itu, kemampuan untuk mengelola emosi dengan baik dapat membantu mereka untuk menghadapi kekecewaan dengan sikap yang lebih konstruktif dan mencari solusi yang lebih baik. Mereka dapat mengubah pandangan mereka terhadap kegagalan sebagai peluang untuk belajar dan berkembang.

Selain itu, regulasi emosi juga berperan dalam meningkatkan hubungan sosial dan kualitas hidup mahasiswa. Kemampuan untuk mengenali dan mengelola emosi dengan baik membantu dalam menghindari konflik, berkomunikasi dengan lebih baik, dan membangun hubungan yang lebih positif dengan sesama mahasiswa, dosen, dan orang lain di lingkungan perguruan tinggi. Regulasi emosi yang efektif juga berdampak pada kualitas hidup secara keseluruhan, membantu mahasiswa merasa lebih bahagia, puas, dan termotivasi dalam kegiatan sehari-hari mereka.

Agar dapat melakukan regulasi emosi dengan baik, ada beberapa strategi yang dapat digunakan oleh mahasiswa. Pertama, penting untuk meningkatkan kesadaran akan emosi dan mengidentifikasi pemicu emosi negatif. Dengan menyadari dan mengenali emosi mereka, mahasiswa dapat mengatasi secara lebih efektif. Selanjutnya, penting untuk mengembangkan keterampilan pengaturan diri. Hal ini meliputi kemampuan untuk mengatur waktu dengan baik, mengatur prioritas, dan menghindari prokrastinasi. Dengan memiliki struktur dan rutinitas yang baik, mahasiswa dapat mengurangi stres dan mengelola emosi dengan lebih efektif.

Selain itu, penting untuk mencari dukungan sosial. Mahasiswa dapat mencari teman atau kelompok studi yang dapat memberikan dukungan emosional dan saling mendukung dalam menghadapi tantangan akademik. Juga penting untuk berbicara dengan seseorang yang dapat mendengarkan dan memberikan perspektif yang baik, seperti teman dekat, keluarga, atau konselor akademik.

Mahasiswa juga dapat memanfaatkan teknik relaksasi seperti meditasi, pernapasan dalam, yoga, atau olahraga. Teknik-teknik ini dapat membantu menenangkan pikiran dan tubuh, mengurangi stres, dan meningkatkan kesejahteraan emosional.

Selanjutnya, mahasiswa juga perlu menjaga kesehatan fisik mereka. Asupan makanan seimbang, tidur yang cukup, dan rutinitas olahraga yang teratur dapat berkontribusi pada regulasi emosi yang lebih baik. Pola makan yang buruk, kurang tidur, dan kurangnya aktivitas fisik dapat mempengaruhi keseimbangan emosi dan kesejahteraan secara keseluruhan.

Terakhir, penting untuk mengembangkan pola pikir yang positif. Mengubah pola pikir negatif menjadi pola pikir yang lebih optimis dan realistis dapat membantu mengelola emosi dengan lebih baik. Mengasah kemampuan untuk melihat tantangan sebagai kesempatan untuk belajar dan tumbuh, serta memfokuskan pada hal-hal yang dapat diubah daripada yang tidak dapat diubah, dapat membantu mengelola emosi dengan lebih efektif.

Dalam rangka mengembangkan regulasi emosi yang baik, penting juga untuk memahami bahwa ini adalah proses yang berkelanjutan dan membutuhkan latihan. Setiap individu mungkin menemukan strategi yang berbeda yang cocok untuk mereka. Jika mahasiswa mengalami kesulitan yang signifikan dalam mengelola emosi mereka atau merasa terjebak dalam pola emosional yang tidak sehat, penting untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental seperti konselor atau psikolog yang dapat memberikan dukungan dan bimbingan lebih lanjut.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline