Lihat ke Halaman Asli

Wahyu Sapta

TERVERIFIKASI

Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Cerpen | Dia, Sarita

Diperbarui: 2 November 2019   18:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: Pixabay.com/suju

Aku menyebutnya tempat rahasia. Ya. Sebuah tempat di mana ada  pertemuan antara aku dengan Sarita. Sudah satu tahun ini terjadi.

Tiap bertemu dengannya, ada perasaan yang membuatku bahagia. Tak dapat aku lukiskan dengan kata-kata. Sungguh.

"Hei, Dimitri, bagaimana kabarmu hari ini? Aku harap kamu baik-baik saja," sapanya hari ini. Aku hanya mengangguk sembari tersenyum mengiyakan perkataannya. Aku memang tipe pendiam dan tidak ingin berbicara saat ia tak menyapa terlebih dahulu. Hingga kadang sepuluh menit berlalu, baru ada beberapa kata keluar dari mulutku. Itupun hanya sedikit.

"Kapan kita akan bertemu kembali, Dimitri? Kuharap secepatnya ya, agar aku tak terlalu kangen padamu,"

Oh, tentu saja bahagia mendengar perkataannya. Sarita adalah gadis yang baik dan sayang padaku. Aku mengangguk dan segera meninggalkannya terlebih dahulu. Katanya, ia ingin memastikan aku aman dan melihat aku menghilang di balik tikungan. "Itu sesuatu, Dimitri." katanya. Oh, Sarita. Kau sungguh membuatku semakin tergila-gila padamu.

***
Hari ini aku sedih. Menunggu Sarita hingga lama. Membuatku cemas. Apa yang terjadi padanya? Sudah dua jam dari waktu biasanya, ia belum datang. Di tempat rahasia ini, hanya ada aku. Mengharap ia datang, menunggunya hingga terkantuk.

Ia tak datang.

Akhirnya aku harus pergi meninggalkan tempat untuk pulang. Tempat rahasia ini ada pemiliknya. Bisa dimarahi, jika aku tetap bertahan. Dan aku tak mau mereka berteriak mengusirku. Ya, ya, meskipun tempat rahasia ini hanya untuk aku dan Sarita, tetapi bukan milikku. Seandainya milikku, aku akan menunggunya hingga berlumut.

***
Sore ini aku sakit. Mungkin demam. Kepalaku pusing seperti berdenyut. Jika sakit, bagaimana aku bisa menemui Saritaku? Jam yang biasa aku menemuinya. Pasti ia sudah menunggu. Aku berharap ia datang, meski dua hari ia tak datang.

"Dimitri, sudahlah. Jangan terlalu memikirkan Sarita. Mungkin ia sedang sibuk, hingga ia tak bisa menemuimu," kata mama.

Hem. Mama tak tahu apapun tentang Sarita. Ia tak pernah ingkar janji, Ma. Pasti ada sesuatu yang telah menimpanya. Ataukah... ia sakit? Aku juga sakit, karena kemarin kehujanan saat menunggunya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline